Sabtu, 17 Juni 2017

Ending is the Beginning (Hijrahku)

Cerita Hijrahku itu bukan kebetulan. Gimana itu bisa kebetulan? Sekarang aku dikaruniai sahabat, yang pada saat ini berada di fase yang mirip sama aku dulu waktu hijrah. Itu semua terjadi atas izin Allah. Dia Beyza, perempuan Turki yang meskipun ibunya belum setuju dia berhijab, dia memutuskan untuk berhijab. Sayang banget deh aku sama dia, sayaaaanggg bangeeettt, meskipun kita belum pernah ketemu secara langsung, ngobrolnya baru di WA saja.

Aku ngerti gimana perasaan dia dalam hal ini, karena aku ngalamin, dan aku bisa dengan percaya diri bilang ke dia "ini hanya tes dari Allah, kamu pasti mampu." Dia pernah sedih waktu aku update foto aku sama mama berdua, dan kami sama-sama berhijab. Dia ingin seperti itu dengan ibunya. Insya Allah ibunya Beyza juga akan berhijab nantinya, aamiin. Ini adalah proses untuk mendekat pada Allah.

Sediiiihhhh.. Banget rasanya ketika dia sangat membutuhkan sahabat di sisinya tapi aku nggak bisa ada di sisinya, misalnya untuk meluk dia. Hanya bisa kirim doa buat dia.

Sejak awal aku dekat dengan Beyza karena kami punya ketertarikan yang sama dalam Islam. Kalau aku salah, dia nggak segan ngingetin aku. Alhamdulillah dikaruniai sahabat seperti Beyza, yang walaupun kita belum pernah ketemu sama sekali, tapi dia mau bertahan jadi sahabat aku.

Aku harap suatu hari nanti kami bisa bertemu langsung, saling berpelukan melepas rindu pada satu sama lain. Ya Allah.. Sayang Beyza banget..

Buat sahabat aku yang lain, aku sayang kalian juga. Tapi ini topiknya lagi bahas hijrah, jadi Beyza yang aku sebut, hehe.

Jumat, 16 Juni 2017

Hijrahku Part 22

"Mama mau lebih dekat sama Allah."

Entah cuacanya seperti apa hari itu, karena aku sedang di dalam rumah bersama mama, jadinya tidak tahu. Tapi.. Allahu Akbar! Siapa yang sangka mama akan bilang begitu? Mama juga tambah cantik dengan hijabnya ^_^

Yang dulunya mama kurang suka dengan pakaian aku, sekarang malah dukung aku,  alhamdulillah ^_^ Yang dulunya mama mempertanyakan "ngapain ta'aruf?" (itu karena mama belum paham), eh sekarang mah ok ok saja, dan dukung juga malah, cihuuyyy.. 😊 love love di udara deh buat mama 💕

Ya Allah.. Terima kasih atas segala karuniaMu..

Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu... “. (QS. Ghafir: 60)

Kamu ingin apa? Minta ke Allah. Apapun ya, sekalipun itu berupa barang, minta ke Allah ^_^

Kamis, 15 Juni 2017

Hijrahku Part 21

Vita norak ya!

Itu aku sendiri sih yang ngucapin. Gimana enggak coba? Semenjak aku beli al-qur'an yang ada terjemahannya, aku baru ngeh ternyata kisah para nabi yang zaman aku SD sering diceritakan guruku, ternyata ada di dalam al-qur'an! Nggak hanya itu, tentang masa lalu, masa sekarang, dan masa depan juga ada dalam al'quran. Wow!

Dulu kalau aku ngaji itu biasanya nggak baca terjemahannya. Karena memang pas aku kecil, di pengajian juga pakainya al-qur'an tanpa terjemahan. Cuma, pas aku udah besar, barulah al-qur'an terjemahan begitu mudah dijumpai. Iya nggak sih? Coba menurut yang kelahiran tahun 90an gimana?

Seandainya aku paham dari dulu bahwa segala petunjuk hidup ada di dalam al'quran, beuuuhh.. Mungkin aku nggak akan bingung dalam menjalani hidup ini. Nah, dari situlah, makanya aku suka baca terjemahannya juga kalau ngaji.

Waktu itu aku mulai sering baca alqur'an dan terjemahannya dengan suara agak nyaring, supaya mama juga bisa ikut nyimak. Karena aku pikir bahwa mama juga sama kaya aku yang sebelumnya nggak tahu tentang betapa WOWnya al-qur'an.

Selalu teriring doa untuk mama. Pasti Allah dengar aku, setiap doa padaNya nggak akan pernah sia-sia. Meskipun waktunya panjang, aku doain mama dari sholat ke sholat, hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun. Aku mau ke surga sama mama. Mama orang baik, hanya saja saat itu mama belum mengerti dan paham, sebagaimana dulu aku pun begitu.

Selasa, 13 Juni 2017

Hijrahku Part 20

"Vita boleh pulang tapi pakaiannya jangan yang polos seperti itu."

Mama berkomunikasi lewat SMS dengan Lingga dan teh Diani, bernegosiasi soal pakaianku. Mama memintaku pulang lewat mereka dengan syarat kedepannya pakaianku kurang lebihnya harus bermotif. 

Pulang.. Pulang.. Yeayyy!
Alhamdulillah 😊

Ternyata aku tidak jadi dihapus dari daftar anak mama. Kemudian uang dari Omku yang rencananya akan kubelikan mesin press plastik dan keripik/snack aku gunakan sebagian untuk membeli oleh-oleh untuk mama dan adik lelakiku yang kecil. Aku belikan mainan untuk adikku, dan buah kurma untuk mama. Aaahhh.. Kangen mama dan adik..

Sesampainya aku di rumah, aku mengucap salam dan tentunya adik kecilku menyambutku dengan riang. Sedangkan  mama hanya di dalam kamar. Aku berjalan masuk ke kamar mama.

"Ma, ini oleh-oleh buat mama."

"Taruh saja."

Terlihat mata mama sembab tapi mama berusaha menyembunyikannya. Sepertinya selama aku tidak di rumah mama terus menangisiku. Aku tidak tega melihatnya. Tapi alhamdulillah aku sudah pulang.

Aku sayang mama, biar bagaimanapun aku sayang mama.

Hari-hari berikutnya aku dan mama mencoba bersikap seolah tidak pernah terjadi apapun. Tapi mama masih sering mengomentari soal pakaianku. Sering sekali. 

Oh ya,  kalian tahu di mana mama sembunyikan dua pakaianku yang sebelumnya aku cari ke sana kemari tidak ketemu, yang warnanya ungu dan hitam?

Di dalam jok motor, dan motornya mama kendarai pergi 😱Pantas saja waktu itu aku cari kemanapun di dalam rumah tidak ketemu! Hahaha 😂 Mamaku idenya luar biasa 😂

Aku sendiri yang kemudian mengeluarkan kedua pakaian itu dari dalam jok motor, dengan perasaan "owalaaaahh.. Di sini rupanya." 😰😛

Antara lucu, dan apa ya? 😅😄

Minggu, 11 Juni 2017

Hijrahku Part 19

Pesan mama bahwa aku nggak boleh berhenti kuliah bukanlah tanpa alasan. Sewaktu SMA, aku masih belum tahu pasti akan melanjutkan ke perguruan tinggi atau tidak, karena pada saat itu mama tidak ada simpanan sama sekali untuk kuliahku. Jadi, kemungkinan setelah lulus SMA aku akan langsung bekerja, dan kalaupun kuliah mungkin nggak sampai S1. Tapi rizki siapa yang tahu? Ternyata Allah kasih jalan agar aku bisa berkuliah.

Jadi itulah mengapa melanjutkan kuliahku itu begitu penting bagi mama dan aku. Bahkan mama nggak mengizinkan aku untuk cuti. Tapi di sisi lain pada saat itu aku sama sekali belum ada bayangan untuk biaya ongkos kuliah, bahkan untuk hidup kedepannya, karena aku belum juga dapat pekerjaan. Tapi aku nggak boleh nyerah. Tapi tetap saja rasa bingung dan khawatir itu ada.

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imron: 200)

Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath Tholaq: 7)

Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Tholaq: 3)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Alam Nasyroh: 5)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6).

Tiba-tiba saja, aku mendapat kabar bahwa omku mengirimi aku uang. Sebelumnya memang aku sempat mengabari keluargaku di luar kota soal keadaanku saat itu, tentang berhijab. Tapi aku sama sekali tidak meminta sepeser uang pun. Aku hanya berdoa pada Allah "ya Allah, tolong aku." Aku berharap agar Allah kasih jalan untuk aku mendapat pekerjaan.

Tapi, sekali lagi, rizki siapa yang tahu? Ternyata ini cara Allah menolongku. Omku mengirimi aku uang, tidak banyak dan juga tidak sedikit. Aku berencana menggunakan uang itu untuk membeli mesin press plastik untuk membungkus snack atau keripik, dan kemudian keripik/snacknya akan aku jual.

"Barang siapa bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan bukakan jalan keluar baginya dan memberikan rizki dari arah yang tidak disangka…" (QS. Ath-Thalaq 2-3).

Maha benar Allah dengan segala firmanNya.

Sabtu, 10 Juni 2017

Hijrahku Part 18

Inilah jawaban dari pertanyaanku. Alasan mengapa aku menghadapi kesulitan, dan kesedihan di saat aku memutuskan untuk berhijab. Allah berbicara padaku melalui Ayat-ayat al-qur'an, dan melalui hadith RasulNya.

Apakah manusia mengira setelah mereka mengikrarkan dirinya bahwa dia beriman, lantas mereka dibiarkan tidak diuji ? Sungguh, orang-orang yang terdahulu pun telah Kami uji. Yang dengan ujian ini, maka akan teranglah siapa yang jujur dalam pengakuan imannya, dan siapakah yang dusta.” (Q.S. Al Ankabut: 2-3)

Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan). Sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesunggunhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (Q.S. Al Baqarah: 214)

Apakah kalian mengira akan masuk surga sementara Allah belum melihat orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) di antara kalian dan juga melihat orang-orang yang bersabar.” (Q.S. Ali Imran: 142)

Shallallahualaihi wa sallam bersabda yang artinya, Sungguh, umat terdahulu, ada di antara mereka yang tubuhnya disisir dengan sisir-sisir dari besi, dipisahkan antara tulang dan dagingnya. Namun, hal itu tidak menjadikan mereka berpaling dari agamanya. Ada pula yang diletakkan gergaji di atas belahan rambut kepalanya. Ia pun dibelah dengannya sehingga terpotong menjadi dua. Pun tidak memalingakannya dari agamanya. Sungguh, Allah pasti akan meyempurnakan urusan agama ini. Hingga seorang pengendara, berjalan dari Shan’a ke Hadramaut, tidak ada yang ia takutkan selain Allah, juga serigala terhadap kambing-kambinnya. Hanya saja, kalian ini tergesa-gesa.” (H.R Al Bukhari dan selainnya)

Jumat, 09 Juni 2017

Hijrahku Part 17

Aku berdoa, merengek-rengek ke Allah. Tapi kenapa sepertinya Allah hanya melihat aku? Aku kan mengambil jalan yang baik, aku mau taat sama Allah. Kok Allah nggak membuat semuanya jadi mudah? Aku bertanya-tanya, karena memang saat itu aku belum mengerti.

Kemudian mamaku, dan adik lelakiku yang kecil datang ke rumah Lingga. Aku sudah senang, mama mau ajak aku pulang. Tapi ternyata mama masih tetap sama pendiriannya. Kalau aku mau pulang, aku harus berubah. Kalau enggak, mama nggak mau kenal aku lagi, kalaupun nanti aku jadi orang sukses mama nggak mau tahu, dan aku nggak usah datang ke mama.

Aku jawab tawaran mama itu sambil nangis, dan bilang bahwa aku tetap akan seperti ini, berhijab longgar.

"Ya sudah kalau itu mau kamu. Pesan mama, jangan sampai kamu berhenti kuliah."

Setelah itu mama pergi. Aku sedih banget, padahal aku kangen banget sama adikku, pengen peluk. Tapi apa daya. Aku membayangkan kalau hari itu adalah awal aku nggak bisa ketemu mama, dan adikku lagi. Ya Allah.. 😢

Mama adalah orang yang paling dekat,  dan paling sayang sama aku di dunia ini. Meskipun kami kadang berbeda pendapat, itu nggak akan mengubah posisi mama dalam kehidupan aku. Jadi bisa kalian bayangkan betapa sedihnya aku ketika aku mengambil keputusan itu? Aku harus berpisah dari mama, dan adik lelakiku yang kecil, yang dia aku rawat dari bayi 😢

Aku harus yakin sama Allah 100%.

Kamis, 08 Juni 2017

Hijrahku Part 16

"Vit, katanya kamu kemudaan, khawatir jadi fitnah."

Tidak jadilah aku menjadi pembantu rumah tangga yang akan dapat tempat tinggal gratis. Gimana ya? Mau jualan tapi belum ada modal cukup. Sementara aku harus memikirkan untuk nanti biaya pulang-pergi ke kampus. Apa aku harus cuti? Tapi aku nggak mau cuti.

Aku nggak bisa terus numpang di rumah Lingga. Dia saja harus kerja keras buat melanjutkan hidup, masa aku numpang? Memang ibunya Lingga baik, aku ditawari makan. Alhamdulillah, tapi pas nyuap nasinya ke mulut aku, rasanya aku pengen nangis. Aku nggak tega.. Ayahnya  Lingga udah meninggal.. Aku nggak mau nyusahin mereka.. 😭

Tiap habis sholat aku berdoa "Ya Allah.. Tolong aku.. Ya Allah.. Tolong aku.. Ya Allah.. Tolong aku.. Aku tahu uang nggak akan jatuh dari langit, aku mohon kasih aku jalan untuk dapat pekerjaan.." Aku merengek-rengek dan berkali-kali mengucapkan 'Ya Allah tolong aku'.

Allah dengar aku kan.. Ya Allah.. Tolong aku..

Rabu, 07 Juni 2017

Hijrahku Part 15

"Ngapain kamu ngelamun terus, Vit? Jalanin aja, jangan dipikirin." ucap Lingga.

Aku menumpang di rumah Lingga, sahabat aku, yang rumahnya memang sangat sering aku kunjungi sebelumnya. Aku juga memanggil ibunya dengan sebutan mamah, biar samaan kaya Lingga, hehe. Alhamdulillah, ibu, kakak-kakak dan adiknya Lingga tidak keberatan menampung aku. Tapi aku juga berpikir, nggak mungkin aku selamanya di situ, aku juga nggak mau nyusahin.

Mamaku ngancam mau laporin teman aku ke polisi. Ada dua teman yang di sisi aku saat itu. Lingga sama teh Diani. Ya mereka berdua yang mau dilaporin ke polisi. Ya Allah.. Kenapa jadi begini..? Mereka nggak salah apa-apa kenapa jadi kebawa-bawa..

"Nggak papa kalau mau dilaporin ke polisi, mungkin malah semuanya akan jadi jelas kalau dilaporin" ucap Lingga.

Lah temanku iniii.. Santai bangeeettt..

"Emang kita nggak salah apa-apa, ngapain takut?"

"Iya, tapi aku nggak enak sama kalian, jadi kebawa-bawa gini."

Alhamdulillah ya aku ada yang nampung. Di sisi lain uang di dompet aku tinggal Rp 200.000/100.000, lupa. Pokoknya aku harus dapat kerja, harus bisa mandiri, nggak mau nyusahin orang lain. Lingga dan teh Diani bantu aku buat cari kerja. Mau ngajar kursus, dimintanya kalau tidak salah minimal udah semester 4, sedangkan aku baru semester 2. Ada nih yang nggak perlu sampai semester 4 + dapat tempat tinggal, yaitu jadi pembantu rumah tangga.

Yang penting halal.. Berkah..  Nggak mau nyusahin orang.. Lagi kepepet gitu mah apa lagi atuh yang dicari? Ya udah nggak papa kalau jadi pembantu rumah tangga juga. Aku ngebayangin nyetrikanya sih, nyetrika itu sesuatu banget soalnya, hehe.

Eiiitt eiiittt.. Nggak boleh ngeluh! Harus semangat! Harus kuat!

Selasa, 06 Juni 2017

Hijrahku Part 14

"Mana HP kamu? sini!"
"Mana teman kamu yang bikin kamu jadi kayak gini?!"

"Teman Vita nggak salah apa-apa Ma.."

Mama memaksaku untuk menyerahkan HP ku. Sementara aku sembunyikan tanganku yang sedang menggenggam HP ke dalam kerudungku, sebisa mungkin aku berusaha agar mama tidak mengambil HP ku. Sungguh sejak awal, keputusan berhijab longgar itu bukan karena seseorang, aku tak mau ada yang disalahkan.

Aku menangis dan terus menangis saat mama berusaha mengambil HP dari tanganku. Kemudian adik lelakiku yang paling kecil ikut menangis dan menarik-narik lengan mama agar tidak terus memaksaku, dan akhirnya mama berhenti. Terima kasih adikku. Saat itu adikku masih kecil, dan dia baru bisa berjalan.

Setelah itu aku menutup pintu kamarku, dan duduk di balik pintunya. Aku duduk tepat di balik pintu, menahan agar mama tidak memaksa masuk. Karena pintunya memang tidak bisa dikunci.

Mama mengomel dari luar, aku dicap anak durhaka oleh mama. Saat itu ada rasa khawatir, bagaimana kalau sampai aku menjadi seperti tokoh Malin Kundang? Tidak-tidak, aku seperti ini bukan dalam rangka bermaksiat, jadi aku yakin Allah melindungiku.

"Kalau kamu tetap mau kayak gitu, kamu angkat kaki dari rumah, nggak papa mama nggak punya anak kayak kamu."

Kurang lebih seperti itulah ucapan mama.  Kemudian mama berangkat, dan di rumah hanya ada aku.

Aku tetap akan seperti ini, berarti aku harus angkat kaki. Baiklah, dengan berat hati. Kemudian aku mencari dua bajuku yang ada di jemuran (warna ungu dan hitam), satunya lagi yang warna cream ada di ember cucian.

"Dimana bajuku? Kok nggak ada di jemuran?" Aku cari ke sana-ke mari di dalam rumah, nihil.

"Dimana bajuku? Aku mulai panik.

Kemudian aku mencari-cari bajuku yang warna cream. Ternyata masih ada di dalam ember cucian. Berarti kedua bajuku tadi diambil mama. Biarlah, aku pakai satu baju ini saja. Cuci pakai, cuci pakai.

Aku mengemasi barang-barangku. Laptop aku tinggalkan, karena merasa malu. Laptop itu dibelikan orang tua, tidak pantas aku bawa pergi. Selebihnya tas-tasku penuh dengan buku. Sebetulnya buku juga dibelikan orang tua, tapi ya sudahlah.

Aku membawa beberapa tas, kesusahan dalam perjalanan karena terlalu berat. Tapi aku berusaha agar mampu membawa semua itu. Aku harus kuat!

Senin, 05 Juni 2017

Hijrahku Part 13

"Kayanya Vita tu ikut aliran itu tuh, kaya si itu, dan sebagainya, dan sebagainya."

Atas izin Allah, ada seorang yang datang ngomporin alias manas-manasin mama. Orang itu terus dan terus, nggak tahu kenapa nggak capek, memberitahu tentang prasangkanya tentang aku pada mama. Prasangka yang 100% salah. Padahal dia baru datang, nggak tahu apa-apa, dan nggak nanya apa-apa ke aku sama sekali.

Dia dan mama di ruang tengah, sedangkan aku di dalam kamar. Mendengar semua percakapan itu. Aku meremas kerudung yang aku kenakan, sambil menangis.

'Kenapa sih kayak gini? Aku cuma mau pakai hijab dengan baik, kenapa sih diginiin? Orang tua lain dukung anaknya yang mau berhijab, kenapa aku diginiin?'

Sejak awal memang mama belum setuju aku berbaju longgar, ditambah dengan ini, semuanya jadi runyam. Mama nggak mau dengar aku. Bagi mama, aku adalah korban pencucian otak seperti yang sering diberitakan di televisi kala itu.

Rasanya marah sekali dituduh seperti itu, sedih sekali kenapa harus serumit ini. Tapi aku ingat , aku nggak boleh melawan mama. Aku harus bertahan tanpa perlawanan. Bukannya aku nggak menjelaskan apapun. Sudah aku jelaskan pada mama.. Tapi kalau mama sudah bilang A ya A, nggak bisa B.

Malam itu, saat dia yang mengompori mama datang, itu adalah malam puncak. Bagaikan puncak gunung yang akan meletus. Ya, meletus!

Minggu, 04 Juni 2017

Hijrahku Part 12

Dulu aku bertanya-tanya, kok bisa ya orang dzikir sampai beribu-ribu (ngucapinnya), apa nggak capek?

***

Di saat dompetku makin tipis, dan hasil jualan keripik aku rasa belum bisa mencukupi yang aku butuhkan, aku mulai cari cara supaya bisa dapat uang tambahan.

Ada seorang temanku yang hobi mengoleksi buku. Nah, aku mulai tawarkan dia judul-judul buku. Caranya, aku datang dulu ke toko buku yang ada di sebelah Terminal Baranangsiang. Terus aku kasih tahu ke temanku itu via telepon, aku sebutkan satu-satu judul buku yang menurutku menarik.

Alhamdulillah, temanku berminat. Dia membeli beberapa buku lewat aku. Alhamdulillah banget, banget, banget. Bagaikan lagi di tengah gurun pasir, terus nemu air dan diminum. Segeerrrrr bangeeettt..

Dari situ aku pulang naik angkot. Aku senyum-senyum sendiri, sambil lihat ke jendela,  sambil dzikir "alhamdulilah, alhamdulillah, alhamdulillah"

Alhamdulillah-nya berasa banget. Jadi sebelumnya aku udah bingung, mau dapet uang dari mana? Tapi kemudian Allah kasih jalan buat aku untuk dapat uang. Allah nggak biarin dompet aku sampe kosong, Allah cukupkan kebutuhan aku. Betapa pertolongan Allah itu dekat. So sweet pokoknya.

Dari situ aku baru memahami makna alhamdulillah itu, makna dari rasa syukur itu. Aku rasain yang namanya betul-betul berterima kasih ke Allah. Jadi aku tahu jawabannya, kalau ada orang yang dzikir bisa sampai beribu-ribu apa nggak capek?  Jawabannya, sama sekali enggak. Makin diucapkan makin bahagia. Karena menurutku dzikir adalah salah satu ungkapan syukur pada Allah, dan rasa syukur itu nggak ada habisnya, karena nikmat dari Allah tiada terhingga.

Sabtu, 03 Juni 2017

Hijrahku Part 11

"Keripik singkong pedasnya kak" aku membuka resleting tas jinjing yang kubawa, dan memperlihatkan isinya, dari satu mahasiswa ke mahasiswa lainnya yang duduk di koridor. Berjualan keripik keliling koridor kampus lumayan menguji keberanianku. Habisnya malu, nggak kenal tapi so so akrab nawarin keripik, hehe. Tapi ya harus berani, kalau nggak berani nanti nggak laku, kalau nggak laku nggak ada uang buat ongkos, dan makan siang.

Setiap hari kurang lebih aku bawa 40 bungkus keripik, yang aku jual Rp 2000,-/bungkusnya. Dari setiap keripik, aku dapat untung Rp 500,-. Jadi totalnya aku dapet Rp 20. 000,-. Sedangkan aku butuh Rp 5.000,- (2x naik angkot dari rumah ke stasiun Bogor) + Rp 7.000,- (naik kereta) + Rp 2.500,- (naik angkot dari stasiun Pondok Cina ke kampus di Kelapa Dua)= Rp 14.500,- x 2 (pulang-pergi) = Rp 29.000,- (total ongkos) + Rp 8.000,- (nasi uduk, nasinya banyak, pakai lauk, bihun, dan sambel untuk makan siang). Jadi.. Total uang yang aku butuhkan dalam 1 hari adalah Rp 37.000,- kurang lebih segitu.

Alhamdulillah keripik singkong aku selalu ludes terjual. Tapi ternyata.. Setelah aku hitung begitu.. Keuntungan dari jual keripik masih kurang untuk memenuhi kebutuhan aku dalam satu hari. Mana waktu itu ada desas-desus bahwa ongkos kereta akan naik jadi Rp 9.000,- sedih deh pokoknya. Harga dinaik-naikin gitu, gimana nasib orang yang berpenghasilan kecil kaya aku?

Sementara waktu kebutuhan aku dalam satu hari masih bisa tertutupi dari sisa-sisa uang yang sebelumnya. Tapi besoknya? Kalau aku cuma mengandalkan dari jualan keripik apa cukup? Di situlah aku mulai merasa sedih, pengen nangis.

Waktu itu jumlah kereta nggak sebanyak sekarang, jadi ada jam-jam tertentu yang kalau nunggu kereta bisa sampai 30 menit atau lebih. Aku duduk di peron, sambil nunggu kereta sambil mikir, 'besok gimana ya? Uang dari mana ya? Gimana ya?' dan kemudian aku nangis, tapi sepi yeee, jadi nggak ada yang ngeliatin.

Hampir tiap kali nunggu kereta, kerjaan aku ya begitu. Mikir, nangis, mikir, nangis, kadang juga nggak nangis. Sampai suatu hari ongkos kereta benar-benar naik jadi Rp 9.000,- 🤕

(waktu itu aku masih semester 2, di usia 17/18th, di tahun 2011/2012) sekitar saat itu lah, lupa tepatnya soalnya, hehe.

Hijrahku Part 10

Pagi itu, aku mengenakan baju baruku, long dress berwarna ungu muda (warna pastel polos), selain itu aku juga punya 2 baju lagi, warnanya cream, dan hitam. Ketiga baju itu aku beli dari hasil menabung uang jajanku. Aku akan berangkat ke kampus, rasanya deg-degan sekali. Karena aku harus berpamitan dengan mama, dan melihat reaksi mama terhadap pakaian yang aku kenakan.

"Bismillahirrahmanirrahim.. Islam rahmatan lil alamin, Islam rahmatan lil alamin, Islam rahmatan lil alamin."

Entah kenapa yang aku sebut-sebut adalah islam rahmatan lil alamin (islam rahmat bagi seluruh alam). Yang jelas saat itu aku takut sekali, sungguh-sungguh takut. Kemudian aku memberanikan diri untuk menemui mama untuk salim. Mama ngeliatin aku.

"Mama nggak suka kamu pakai baju kaya gitu" ucap mama dengan nada datar, sambil melihat pakaianku dengan tatapan tidak suka.

Aku tidak menjawab pernyataan mama itu, kemudian berpamitan ke kampus. Hari berikutnya pun aku melakukan hal yang sama. Aku kira ekspresi ketidaksukaan mama hanya sampai di situ saja. Tapi ternyata, itu baru permulaan.

Besok-besoknya aku nggak dikasih uang jajan. Ok.
Keesokan harinya lagi masih berlanjut.

"Pokoknya mama nggak akan kasih kamu uang kalau kamu masih kaya gitu."

Jadi intinya, kalau aku apa-apa masih bergantung sama mama, ya harus ikut aturan mama. Tapi.. aku selalu ingat dengan jurus aku, yaitu bertahan tanpa perlawanan. Nggak dikasih jajan, ok..

Jurus mama dengan memberhentikan uang jajanku itu sebetulnya adalah salah satu jurus jitu yang dikeluarkan mama.  Karena mama tahu bahwa aku punya uang dari manaaaa kalau bukan minta sama mamaaaa? 😭

Tapi di hadapan mama aku so cool saja..😎
Padahal mah.. Emmm.. Kumaha iyeuuu..?😱😨😵😲
Pokoknya, aku harus tahu gimana caranya dapat uang untuk ongkos pulang pergi kuliah, dan makan siang.

Aku pasti bisa menghadapi ini! Islam rahmatan Lil alamin!

Kamis, 01 Juni 2017

Hijrahku Part 9

Mulai dari tekad itu aku menabung uang jajanku untuk membeli pakaian baru, hijab itu, hijab anggun itu. Sudah ada yang aku incar, tinggal menunggu uangnya terkumpul. Waaahh.. Senang sekali.. Belum juga dipakai tapi sudah merasa senang.

Di sisi lain aku tahu pasti bahwa mama tidak setuju. Tapi tekadku kuat, tapi aku juga tidak bisa mengabaikan mama. Aku bingung. Kemudian aku bertemu seseorang, dan lewatnyalah aku mendapatkan jawabannya, alhamdulilah.

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."

"Dan jika keduanya memaksa kamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka jangan lah engkau mematuhi keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembali kamu, maka Ku-beritakan kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Luqman:14-15)

Aku ingin memperbaiki hijabku karena Allah. Jika mama melarangku, aku tidak boleh melawan, dan aku harus tetap berbuat baik pada mama. Jurus yang akan aku gunakan adalah jurus bertahan tanpa perlawanan.

Setelah aku membaca kedua ayat tersebut, tekadku menjadi bulat, dan kebingungan yang sebelumnya aku rasakan sirna.