Keluarganya begitu bahagia ketika mendengar bahwa dia sudah memiliki calon istri. Namun, kebahagiaan itu sirna seketika, saat mereka tahu bahwa calon istri yang dimaksud (aku) tidak berasal dari negara yang sama dengan mereka. Kami berbeda negara, bahasa, dan budaya.
Menurut ibunya, berumah tangga adalah hal yang sulit. Menikah dengan yang sama bahasa dan budayanya pun pasti ada masalah yang akan menghampiri, apalagi menikah dengan yang beda bahasa dan budaya, masalahnya akan lebih sulit lagi.
Mereka sangat tidak setuju jika kami melanjutkan rencana kami untuk menikah. Bahkan seorang kakak perempuannya sampai menangis. Padahal mereka sama sekali belum mengenal aku, tapi sudah berpikiran seperti itu.
Aku bukan orang jahat, dan aku juga tidak berniat jahat. Mengapa kakaknya sampai menangis?
Lalu dengan berat hati kami sepakat untuk tidak melanjutkan rencana untuk menikah.
Tapi beberapa waktu kemudian, dia memberiku kabar bahwa dirinya akan pulang kampung ke negaranya dalam beberapa waktu, dan dia akan kembali berusaha membujuk keluarganya. Aku menyetujuinya, dan mulai menunggu kabar darinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar