Alone at my house which I couldn't say it as a home..
I was crying..
Aku takut sendirian ya Allah.. Itu yg berkali-kali terucap dari mulutku. Tapi aku tetap sendirian. Menghela nafas.
Aku teringat, ada kawan Ibuku yg ingin menjodohkan anak lelakinya denganku. Waktu itu anaknya sudah SMA, sedangkan aku masih SD. I thought it was good. Mungkin akan lebih baik kalau aku punya suami nanti. Jadi aku nggak sendirian lagi. Mungkin.
Tanpa aku tahu pernikahan itu seperti apa. Aku membayangkan seandainya ada suamiku di sisiku. Entah siapa. Mungkin anak kawan Ibuku itu. Entah.
Saat itu aku mulai menunggu. Menunggu suami masa depanku menjemputku. Sampai aku dewasa, aku menunggu, dan ternyata aku bisa mencari. Ternyata, anak teman Ibuku itu bukan jodohku. Karena Ibuku sendiri tak berkenan. Apa boleh buat.
But, one day.. Seorang berkata padaku "Menikah itu bukan pelarian atas masalah yg km hadapi."
Benarkah aku ingin menikah lari? Kawin lari? Oh tidak. Orang itu bilang aku ingin menikah agar aku bisa lari dari masalahku. Lari artinya aku hanya pergi, sementara masalah itu tetap ada, masih ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar