Rabu, 12 Oktober 2016

Rasa Syukur



Syukur itu seperti apa sih? Katanya rasa syukur itu bisa bikin orang bahagia, masa? Supaya kalian nggak bingung, aku akan ceritakan kisah nyata tentang hal itu. Kisah dari diriku sendiri. Kala itu aku masih SD, dan keadaan keluargaku belum seperti sekarang. Dulu aku bersama keluarga tinggal di rumah kontrakan sepetak, tidur beralaskan kasur lantai bersama adik, ayah, dan ibu. Mirip ikan lagi di jemur kali ya? Bercanda deh, hehehe. Di rumah kami hanya ada piring tiga, sendok tiga, dan gelas tiga. Masing-masing untuk ayah, ibu, dan aku, sedangkan adikku biasanya satu piring dengan ibu (disuapi).

Setiap hari ibu memasak untuk kami, wah masakannya enak sekali.. :) kalau pagi sebelum berangkat sekolah biasanya aku beli tempe goreng, dan memakannya dengan nasi yang diberi kecap, uuuuhh nikmat.. :) waktu itu kami jarang sekali makan daging, pernah suatu hari aku minta pada ibuku “bu, aku ingin makan daging ayam..” lalu ibuku menjawab, “nanti ya kalau lebaran.” Jadi.. biasanya kami makan daging itu di hari lebaran, rasanya spesial sekali.. :)

Ibu memberiku uang saku Rp 500,- untuk ke sekolah, di saat kebanyakan teman-temanku diberi uang saku sekitar Rp 1.500,- hingga Rp Rp 2.000,- . Kalau dulu, masih banyak jajanan yang harganya Rp 100,- terus biasanya aku makan jajanannya diirit-irit gitu, satu demi satu dihayati, biar nggak cepat habis, hahaha ^_^ kalau ingat itu jadi malu sendiri. 

Nah.. kalau ayah habis gajian itu biasanya kami sekeluarga pergi makan ke rumah makan langganan kami. Rasanya senang.. sekali, hari itu juga aku makannya bisa minta tambah kalau belum kenyang, hehehe perut karet :P . Jalan-jalan bersama ayah, ibu, dan adik, bahagia.. sekali.

Itu keadaan keluargaku dulu ya, secara materi belum mapan. Tapi aku menikmati setiap suapan nasi yang masuk ke dalam mulutku, setiap tetesan bumbu cilok yang aku makan, hehehe. Nah ya itu, tidak banyak, tidak mewah, tapi rasanya nikmat. Maunya nambah, tapi nggak setiap kali bisa nambah. Ada yang bilang, kalau orang lapar maka makan itu jadi nikmat. Hehehehe :D

Seiring berjalannya waktu, roda kehidupan berputar, keadaan keluarga kami berangsur-angsur menuju kemapanan. Sekarang kalau mau makan daging tidak perlu menunggu waktu lebaran tiba, dan kalau makan nggak perlu diirit-irit. Tapi, sekarang kebersamaan keluarga berkurang, selera makan juga berkurang. Ketika aku ingat kembali kisah yang dulu, ketika itu pula aku tersadar bahwa yang terpenting itu ‘bukan seberapa banyak yang kita miliki, tapi seberapa banyak kita bersyukur.’

Ada beberapa hal yang menurut kita itu adalah suatu hal yang biasa, tapi bagi orang lain itu sangat luar biasa. Rasa syukur juga bisa kita tunjukan dengan berbagi. Betapa bahagianya jika kita bisa tersenyum bersama karena saling melengkapi. Segala apa yang kita miliki hakikatnya bukan milik kita. Jika kita sedang kekurangan maka di situlah nikmat alhamdulillah, karena di saat lapar nasi dan garam pun rasanya jadi luar biasa. jika kita sedang berlebih maka di situlah nikmat alhamdulillah, karena kita diberi kesempatan untuk berbagi dan menjadi jalan terukirnya senyuman mereka :) kita bahagia karena bersyukur, dengan bersyukur kita bahagia :) 

 
picture source:http://buzzcapt.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar