Mereka hendak menggugurkan aku. Tangan terampil itu meremas-remas rahim ibuku. Hingga ibuku mengernyitkan dahi karena menahan sakit. Sungguh aku tak tega mengetahui rasa sakitnya. Tapi nampaknya tangan terampil dari perempuan tukang urut itu tak mampu mengoyak diriku.
Kemudian di waktu yang berbeda ayahku datang membawa beberapa butir pil berwarna merah hati pada ibuku. Ia memintanya untuk meminum pil itu. Ayahku juga ingin menggugurkan aku. Entah apa yang mereka pikirkan tentang aku, padahal aku adalah keturunan mereka berdua dari hubungan pernikahan yang sah secara agama, dan pemerintah. Tapi nyatanya pil itu juga tak mampu meracuni aku.
Meskipun ibu merasakan sakit atas usaha-usaha itu, ternyata dia juga mengiginkan kepergianku. Ibu pergi ke seorang dokter lalu memintanya menggugurkan aku. Haruskah aku menangis, dan menyerah dengan semua ini?
Atas izin Allah segala usaha-usaha itu tak mampu melenyapkanku, dokter itu pun tak mau membantu orang tuaku untuk melakukannya. Aku tumbuh menjadi bayi yang sehat, gemuk, dan membuat tubuh ibuku menjadi gemuk pula. Aku bertanya-tanya, seperti apakah dunia di luar sana? Apakah dunia itu indah? Atau mengerikan? Mengapa ayah, dan ibuku tak menginginkan aku melihat dunia?
(Hai, teman-teman.. Ini sedikit dari cerpen yang sedang dalam proses pembuatan. Bagaimana menurut kalian? Kira-kira judulnya apa ya yang cocok untuk kisah ini? :) )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar