Beliau menjawab dengan bijak bahwa penghafal qur'an itu adalah orang-orang pilihan. Dan sudah tentu setiap maksiat tanpa terkecuali akan berpengaruh dalam proses belajar ini. Hati nurani kita juga tahu apa yang pantas dan tidak pantas.
Betul juga, dengan aku bertanya berarti hati nuraniku juga sebenarnya tahu. Masih banyak sekali yang harus aku perbaiki. Hari ini aku tandai, yaitu makhrojul huruf, sifat-sifat huruf, bunyi tebal tipisnya huruf, dan tentunya hukum-hukum tajwid.
"Ustadzah, mau tanya. Jadi, kita baca qur'an itu harus tahu teorinya? Jadi apa yang kita baca itu (bunyinya) harus sesuai dengan teorinya?"
Aku gabung di kelas ini pada saat teman-teman yang lain sudah dapat beberapa pertemuan, bukan dari awal dibuka pendaftaran. Alhamdulillah masih boleh gabung. Tapi aku harus mengejar ketinggalan. Karena di kelas ini, betul-betul teori itu dipraktekkan, kalau sudah praktek ditanya lagi teorinya, ya kan. Kata Ustadzah bertahap saja, nggak ada kata terlambat, insya Allah bisa.
Kembali aku mengingat masa-masa kejayaanku waktu kecil yang mudah sekali menghafal, dan memahami tajwid. Namun masa kejayaan sudah berlalu, aku harus merenggut kembali kekuatan itu. Hahaha. Emak-emak ini harus berjuang dengan diri yang tak sebersih waktu kecil (banyak dosa), dengan otak yang sudah lama tak diasah. Aku tidak boleh menyerah, berjuang Vita! Berjuang!
Hari ini rasanya berat banget buat berangkat ngaji, jauh. Entahlah, itu alasan saja mungkin. Tapi aku harus menguatkan tekad, ya kan. Dan pertama kalinya setelah sekian lama, aku naik motor sendirian dengan jarak lumayan jauh. Sedangkan anak-anak ditangani oleh Aba di rumah. Cukup khawatir Aba melepasku naik motor sendirian, sudah dipasangkan map tracker di HP-ku, diingatkan pakai jaket, helm, dan dipinjamkan quota punya Aba. Alhamdulillah aman.
Kali ini, guruku, teman-teman dan aku belajar qur'an di teras Mesjid lantai dua. Saat sedang belajar, muncul dalam pikiranku membandingkan diri dengan orang lain, 'Dia mah udah jago, aku mah masih banyak dikoreksi.' Namun aku berusaha menepis itu dengan berkata dalam hati 'Namanya juga belajar, kan aku niat belajar qur'an karena Allah', habis itu terasa ingin nangis, tapi nggak jadi karena dapat giliran baca, hehe. Malah jadi deg-degan. Perasaan, kalau di rumah ngaji ya ngaji aja, kok di sini jadi deg-degan ya?
Tidak ada pilihan bagi seorang muslim selain 'kami dengar dan kami taat'. Itulah salah satu yang aku dapat dari kajian hari ini bahwa kita itu harus taat, patuh sama Allah dan Rasul-Nya.
Rasanya mengaji hari ini gimana? Senang dong, Alhamdulillah. Setelah selesai, aku langsung pulang naik motor. Karena Aba alias suamiku memintaku untuk langsung pulang. Aku gas motor ke arah kampus 'P', kata Aba kan bisa lewat situ, aku juga sudah pernah lewat situ. Aku jalan terus, eh tiba-tiba bingung lihat persimpangan, atau belokan. Aku lupa, lewat mana ya? Belok kiri saja deh, setiap ada pilihan aku belok kiri. Tahu-tahu nembus lagi di Mesjid tempat aku ngaji tadi. Ya ampun. Lewat jalan besar saja kalau gitu deh. Hahaha.
Brum-bruuuuummmm.. keren nggak ya aku mengendarai motor sendiri? Kok ngantuk ya? Waktu muda nggak pernah ngantuk kalau mengendarai motor. Teringat ucapan Aba sebelum aku berangkat "Itu kan dulu, kamu nggak begadang, sekarang kan habis begadang." Tak terasa banyak yang berubah.
Sepanjang jalan merasa takut sebenarnya, walaupun di luar nampak keren. Siapa yang bilang keren ya? Hahaha. Aku berusaha tenang sambil baca istighfar. Saat tiba di lampu merah, ada pengamen menyanyikan sebuah judul lagu. Tak lama kemudian lampu hijau, aku langsung meluncur, melanjutkan perjalanan. Tapi kok dipikiran aku jadi bersenandung lagu yang dinyanyikan pengamen tadi? Sungguh berpengaruh apa yang aku dengar, istighfar lagi.
Sesampainya di rumah, aku disambut oleh anak-anakku tersayang, tercinta, tergemas deh pokoknya. Kata Kakak "Kipas anginnya bersih." Sudah dibersihkan oleh Aba dong. Alhamdulillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar