Senin, 12 Oktober 2020

Dimandikan

Dengan segala kekurangan Suamiku.. Aku selalu ingat saat-saat beratnya menjalani kehamilan, aku merasakan diriku yang lemah. Namun ia selalu mendampingi. Bukan hanya berada di sisi, ia juga urus semua keperluanku. Kecuali saat aku muntah, karena aku malu, khawatir ia merasa jijik, walaupun ia tak merasa demikian. 

Makan sepiring berdua menjadi rutinitas kami di usia kehamilanku yang masih muda. Karena aku tak sanggup makan banyak. Makan sedikit pun keluar lagi. Dengan setia ia membelikanku jus mangga kesukaan anak kami. Karena hanya itu yang tidak dimuntahkan anak kami di dalam perut.

Dengan segala kekurangan Suamiku.. Aku selalu ingat saat-saat ia memandikanku dengan telaten, lebih telaten daripada saat aku mandi sendiri. Aku tidak minta, dia yang mau. Setelah menjalani operasi demi melahirkan bayi kami pun dia mewaslapiku dengan lap basah. Aku duduk di kursi dan menangis, mengaduh kesakitan bekas operasi. Karena aku tak minum satu obat untuk penahan rasa sakit dari bagian pinggang ke bawah. Rasanya seperti sudah ditusuk dengan pisau dan lukanya masih basah, sakit sekali. 

Mulutnya diam sambil tetap mewaslapiku, ia tahu kata-katanya tak dapat mengurangi rasa sakitku. Ini bukan pengalaman indah, tapi dengan ini aku bisa merasakan kebaikannya sebagai Suami terhadapku Istrinya. Aku sungguh tak menyesal telah memilihnya sebagai Suamiku, meski ia tak menjanjikan apapun sebelum kami menikah. Ia hanya pria sederhana yang cinta pun belum ada di antara kami berdua sebelumnya. 

Aku tahu betapa mengesalkannya Suamiku, yang mana memancingku untuk menyesali keputusanku telah memilihnya. Namun aku selalu ingat saat Ia memandikanku, dan semoga ketika aku berpulang terlebih dahulu kepada Allah, Ia Suamiku lah yang memandikanku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar