Senin, 31 Oktober 2016

Aku Melihatnya Sebelum Bertemu Dengannya

Kala itu, di ruang tamu rumahku, aku mengobrol tentang beasiswa Turki dengan mama. Tiba-tiba saja aku melihat seorang perempuan dengan warna rambut yang berbeda, warna rambut yang tak dimiliki orang Indonesia asli. Dia berada di suatu tempat, sepertinya tempat itu adalah Turki, entah mengapa firasatku berkata demikian. Aku sungguh melihat perempuan itu dengan mataku, entah mataku yang mana. Jelas-jelas aku sedang bersama mama di ruang tamu. Aku melihat perempuan itu bagaikan sedang melihat iklan di televisi. Tapi mungkin itu hanya perasaanku saja.

Jika aku bisa berkuliah di Turki, aku berharap bisa memiliki seorang sahabat, perempuan Turki yang menyayangiku seperti saudara kandungnya sendiri, begitu pula aku kepadanya. Karena aku sebetulnya takut jika harus berpisah dengan keluargaku dalam waktu yang lama, meskipun masih dalam satu bola dunia.

Apa jangan-jangan perempuan yang aku lihat itu adalah dia yang akan menjadi sahabatku di sana? Apakah aku akan mendapatkan beasiswa itu? Sejujurnya aku belum 100% yakin untuk mendapatkan beasiswa itu. Karena yang aku rasakan adalah 50% ingin mendapatkan beasiswa, dan 50% takut berpisah dengan keluarga.

Seorang sahabatku di sini juga bermimpi bahwa aku berhasil mendapatkan beasiswa itu, aku pun punya firasat bahwa aku akan berangkat ke sana. Sampai-sampai hal itu terbawa dalam mimpiku. Tapi nyatanya itu hanya ilusi belaka, atau bisa disebut mimpi belaka. 

Sebenarnya aku malas bercerita tentang kegagalanku. Tapi katanya kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Semoga saja ditundanya tidak terlalu lama ya :D lalu aku berpikir, mungkin bayangan tentang perempuan itu juga hanya ilusi belaka atau khayalan semata, atau hanya kamuflase pikiranku, dan sebagainya.

Itulah yang ku alami tahun lalu, tahun 2015. Tapi tahu kah kau? Bahwa sekarang aku tahu siapa perempuan yang aku lihat itu. Ternyata dia benar-benar datang dalam kehidupanku, tanpa pernah ku rencanakan, tanpa pernah ku duga.

Bersambung

Picture source: 7-themes.com

Senin, 24 Oktober 2016

Apakah dia jodohku?

Katanya cara bertemu jodoh itu unik, tapi kalau pun kita bertemu si dia dengan cara yang unik belum tentu itu jodoh loh. Hahaha😂

Sepertinya kita sudah sering kan mendengar cerita pertemuan seseorang dengan belahan jiwanya dengan cara yang unik. Kadang malah kita cengar-cengir sendiri ketika membaca kisah seperti itu.. Lalu berkata dalam hati 'sendainya'
.. Hahaha😂

Kali ini ada cerita tentang pertemuan yang unik dengan si dia, yang tak pernah dikhayalkan atau diidamkan sebelumnya..

Judulnya adalah.. "Apakah dia jodohku?" awwwwsss 😍😍😍

Siang itu di lab.teater Sandra dan Tita serta teman-teman yang lain sedang asyik menonton drama yang ditampilkan oleh kakak kelas mereka. Ruangannya gelap, yang menyala hanya bagian panggung saja, mereka duduk lesehan sambil menonton drama berbahasa inggris dari kakak-kakak kelas mereka. Sebetulnya Sandra dan Tita tak begitu mengerti apa yang mereka bicarakan dalam bahasa inggris, kalau ada yang tertawa ya ikut tertawa saja. Ya ampun, kasihan sekali mereka berdua, tapi barangkali hampir semuanya yang menonton pun demikian (subtitle, help them please !) 😂😂😂

Para penonton juga diberi souvenir, pulpen berkepala badut. Mereka bahagia sekali mendapat souvenir pulpen berkepala badut itu, bukan karena gratis. Tapi karena itu adalah hadiah. Siapa yang tak senang diberi hadiah? Di akhir acara pun ada doorprize, Sandra dan Tita begitu penasaran siapa yang akan mendapatkannya.

Jantung Sandra tiba-tiba berdegup lebih kencang, dag-dig-dug dug-dug-dug (ini bukan bedug ya, hehe). "Nomor 13" ucap pembawa acara. Waaaahhh.. Itu nomor kupon Sandra.. Dia yang dapat.. ! Sandra naik ke atas panggung, dia senyum-senyum sendiri, salah tingkah. Bagaimana tidak? Tak jauh dari hadapannya ada seorang lelaki yang sibuk memotretnya sambil tersenyum. Lelaki yang nampaknya berasal dari negeri seberang.

Setelah pembagian hadiah acara pun berakhir. Sandra, Tita, beserta teman-teman yang lain berjalan ke luar lab. Teater. Mereka menyusuri lorong kampus. Tapi ternyata ada seorang lelaki yang mencoba mengejar mereka. Ia lah lelaki dari negeri seberang itu, lelaki bermata coklat, dan berkulit putih kemerahan.

Lelaki itu bernama Erdem. Ia mencoba menyapa Sandra, Tita dan teman-temannya, membahas sedikit mengenai perkuliahan menggunakan bahasa Inggris, ternyata ia adalah senior Sandra dan Tita. Teman-teman Sandra sangat antusias mengobrol dengan lelaki itu. Sementara Sandra hanya tersenyum malu-malu. Meskipun lelaki itu sedang berbicara dengan teman-teman Sandra, mata coklatnya selalu melihat ke arah Sandra seolah tak ingin melepaskannya.

Erderm meminta nomor handphone Sandra dengan alasan ingin bertukar informasi mengenai perkuliahan. Di hari yang sama seusai perjumpaan mereka, Erdem mencoba menelpon Sandra tapi tak mendapat jawaban sama sekali. Ia kemudian menngirimi Sandra SMS.

"Selama lima tahun saya di Indonesia, saya baru mengalami hal ini. Ketika bertemu kamu, saya merasakan ada listrik. Ini pertama kali saya rasakan, ketika bertemu kamu saya merasa seperti ada di taman bunga. Saya ingin mengenal keluarga kamu."

Nampaknya Erdem serius dengan Sandra. Tapi ini pertama kalinya untuk Sandra. Sebelumnya tak pernah ia memikirkan tentang pernikahan. Erdem mulai sering bercerita tentang bayangan-bayangan masa depan mereka tentang pernikahan. Bayang-bayang itu begitu indah.

Sandra pun mengajak Erdem menemui keluarganya. Erdem berusaha meyakinkan keluarga Sandra, hingga akhirnya ia memeberikan sebuah cincin kepada Sandra. "Kalau kamu rindu saya, kamu lihat cincin ini" ucap Erdem pada Sandra. Gadis itu pun tersenyum bahagia.

Waktu demi waktu berlalu. Erdem mulai menunjukan sikap yang aneh. Ia tak kunjung memberi kepastian tentang pernikahan mereka. Sementara hampir seluruh keluarga Sandra sudah tahu bahwa mereka akan menikah, ibu Sandra pun sudah bertanya-tanya tentang rias pengantin.

"Kakak saya menangis, ia dan ibu saya tidak setuju jika saya menikahi kamu."

"Kenapa?"

Air mata Sandra menetes, bahkan keluarga Erdem belum mencoba mengenalnya. Mereka langsung menyimpulkan bahwa Sandra tak pantas bagi Erdem karena perbedaan budaya mereka.

Sandra sudah berkata bahwa ia ingin menyerah saja. Apa jadinya jika ia memiliki mertua dan kakak ipar yang tak menginginkannya?

Namun Erdem berkata bahwa ia akan mencoba membujuk keluarganya lagi. Ia berangkat ke negaranya, menemui keluarganya. Hari demi hari Sandra menanti kabar dari Erdem. Hatinya terus bertanya-tanya.

Kabar tak kunjung datang, Sandra pun memberanikan diri untuk mengirim SMS pada Erdem. Ternyata Erdem sudah ada di Indonesia, mengapa ia tak mengabari?

"Saya sudah bertunangan. Kamu akan mendapatkan lelaki yang lebih baik."

Tangan Sandra gemetar ketika ia membaca jawaban SMS dari Erdem, tangisnya pecah seketika.

"Ya, saya akan mendapatkan seorang lelaki yang lebih baik, seorang lelaki yang bertanggungjawab."

Hari demi hari berlalu. Sandra berusaha menerima takdirnya. Tapi ia belum berhenti mencari tahu kabar terbaru tentang Erdem. Ia meyakini bahwa Erdem tak bermaksud untuk meninggalkannya, itu hanya karena kemauan keluarganya.

Kemudian ia menemukan sebuah video yang diunggah Erdem ke youtube "I love you Gamzeme." Kata-kata itu jelas tertulis dalam video itu, Gamzeme adalah nama seorang perempuan. Ternyata Erdem tidak dipaksa bertunangan dengan perempuan itu, tapi ia juga menginginkan pertunangan itu. Ia telah berkhianat, mengkhianati janji-janjinya pada Sandra.

Kini Sandra tak punya alasan untuk menyimpan harapan pada lelaki itu. Lelaki itu sama sekali tidak mempertanggungjawabkan janji-janji yang ia ucapkan. Orang tua Sandra pun harus menahan malu karena keluarganya terus bertanya mengenai rencana pernikahan itu.

"Tega sekali kau berbuat demikian ! Aku menunggumu di sini, sementara kau menikmati pertunanganmu dengan perempuan lain ! Lalu kau mengakhiri semua ini hanya dengan sebuah SMS ! Mana keberanianmu yang sebelumnya ?!"

Itulah kata-kata yang tak pernah terucap dari mulut Sandra pada Erdem. Ia hanya bisa menangis dan mengurung diri di kamar. Tapi hidup harus terus berjalan. Tak pantas air mata terus mengalir untuk lelaki yang bahkan tak mempedulikannya.
Katanya cara bertemu jodoh itu unik, tapi kalau pun kita bertemu si dia dengan cara yang unik belum tentu itu jodoh loh.

Rabu, 12 Oktober 2016

Rasa Syukur



Syukur itu seperti apa sih? Katanya rasa syukur itu bisa bikin orang bahagia, masa? Supaya kalian nggak bingung, aku akan ceritakan kisah nyata tentang hal itu. Kisah dari diriku sendiri. Kala itu aku masih SD, dan keadaan keluargaku belum seperti sekarang. Dulu aku bersama keluarga tinggal di rumah kontrakan sepetak, tidur beralaskan kasur lantai bersama adik, ayah, dan ibu. Mirip ikan lagi di jemur kali ya? Bercanda deh, hehehe. Di rumah kami hanya ada piring tiga, sendok tiga, dan gelas tiga. Masing-masing untuk ayah, ibu, dan aku, sedangkan adikku biasanya satu piring dengan ibu (disuapi).

Setiap hari ibu memasak untuk kami, wah masakannya enak sekali.. :) kalau pagi sebelum berangkat sekolah biasanya aku beli tempe goreng, dan memakannya dengan nasi yang diberi kecap, uuuuhh nikmat.. :) waktu itu kami jarang sekali makan daging, pernah suatu hari aku minta pada ibuku “bu, aku ingin makan daging ayam..” lalu ibuku menjawab, “nanti ya kalau lebaran.” Jadi.. biasanya kami makan daging itu di hari lebaran, rasanya spesial sekali.. :)

Ibu memberiku uang saku Rp 500,- untuk ke sekolah, di saat kebanyakan teman-temanku diberi uang saku sekitar Rp 1.500,- hingga Rp Rp 2.000,- . Kalau dulu, masih banyak jajanan yang harganya Rp 100,- terus biasanya aku makan jajanannya diirit-irit gitu, satu demi satu dihayati, biar nggak cepat habis, hahaha ^_^ kalau ingat itu jadi malu sendiri. 

Nah.. kalau ayah habis gajian itu biasanya kami sekeluarga pergi makan ke rumah makan langganan kami. Rasanya senang.. sekali, hari itu juga aku makannya bisa minta tambah kalau belum kenyang, hehehe perut karet :P . Jalan-jalan bersama ayah, ibu, dan adik, bahagia.. sekali.

Itu keadaan keluargaku dulu ya, secara materi belum mapan. Tapi aku menikmati setiap suapan nasi yang masuk ke dalam mulutku, setiap tetesan bumbu cilok yang aku makan, hehehe. Nah ya itu, tidak banyak, tidak mewah, tapi rasanya nikmat. Maunya nambah, tapi nggak setiap kali bisa nambah. Ada yang bilang, kalau orang lapar maka makan itu jadi nikmat. Hehehehe :D

Seiring berjalannya waktu, roda kehidupan berputar, keadaan keluarga kami berangsur-angsur menuju kemapanan. Sekarang kalau mau makan daging tidak perlu menunggu waktu lebaran tiba, dan kalau makan nggak perlu diirit-irit. Tapi, sekarang kebersamaan keluarga berkurang, selera makan juga berkurang. Ketika aku ingat kembali kisah yang dulu, ketika itu pula aku tersadar bahwa yang terpenting itu ‘bukan seberapa banyak yang kita miliki, tapi seberapa banyak kita bersyukur.’

Ada beberapa hal yang menurut kita itu adalah suatu hal yang biasa, tapi bagi orang lain itu sangat luar biasa. Rasa syukur juga bisa kita tunjukan dengan berbagi. Betapa bahagianya jika kita bisa tersenyum bersama karena saling melengkapi. Segala apa yang kita miliki hakikatnya bukan milik kita. Jika kita sedang kekurangan maka di situlah nikmat alhamdulillah, karena di saat lapar nasi dan garam pun rasanya jadi luar biasa. jika kita sedang berlebih maka di situlah nikmat alhamdulillah, karena kita diberi kesempatan untuk berbagi dan menjadi jalan terukirnya senyuman mereka :) kita bahagia karena bersyukur, dengan bersyukur kita bahagia :) 

 
picture source:http://buzzcapt.com