Senin, 29 Agustus 2016

Meaning of Love

How can I love you
If I can't love myself
How can you be here
If myself is not here

How much I love you
I don't need to tell you

King of Universe
Will make it true

Love is just a word
The meaning is in my heart

How to love you is
How to love myself

King of Universe
Will make it true

Sabtu, 27 Agustus 2016

Nyawa

Mereka hendak menggugurkan aku. Tangan terampil itu meremas-remas rahim ibuku. Hingga ibuku mengernyitkan dahi karena menahan sakit. Sungguh aku tak tega mengetahui rasa sakitnya. Tapi nampaknya tangan terampil dari perempuan tukang urut itu tak mampu mengoyak diriku. 

Kemudian di waktu yang berbeda ayahku datang membawa beberapa butir pil berwarna merah hati pada ibuku. Ia memintanya untuk meminum pil itu. Ayahku juga ingin menggugurkan aku. Entah apa yang mereka pikirkan tentang aku, padahal aku adalah keturunan mereka berdua dari hubungan pernikahan yang sah secara agama, dan pemerintah. Tapi nyatanya pil itu juga tak mampu meracuni aku.

Meskipun ibu merasakan sakit atas usaha-usaha itu, ternyata dia juga mengiginkan kepergianku. Ibu pergi ke seorang dokter lalu memintanya menggugurkan aku. Haruskah aku menangis, dan menyerah dengan semua ini? 

Atas izin Allah segala usaha-usaha itu tak mampu melenyapkanku, dokter itu pun tak mau membantu orang tuaku untuk melakukannya. Aku tumbuh menjadi bayi yang sehat, gemuk, dan membuat tubuh ibuku menjadi gemuk pula.  Aku bertanya-tanya, seperti apakah dunia di luar sana? Apakah dunia itu indah? Atau mengerikan? Mengapa ayah, dan ibuku tak menginginkan aku melihat dunia? 

Bulan demi bulan berlalu, kini tiba di bulan ke sembilan. Perut ibuku mulai mengalami kontraksi, rasanya aku tak sabar ingin keluar, dan dipeluk ibu. Keluargaku segera membawa ibuku kepada seorang bidan. Tapi mengapa rasanya sulit sekali untuk keluar dari perut ibu? Sampai kapan ibu harus menahan sakit? Semua orang menjadi cemas dengan keadaanku, dan ibu. Mereka bergegas membawa kami ke rumah sakit agar mendapatkan pertolongan dokter.

Waktu menjelang subuh, mobil ambulan segera melaju. Ibuku merintih kesakitan ditemani abangku yang sangat cemas di sampingnya. Bibirnya merintih sambil mengucap istighfar berulang kali, sakitnya sungguh tak tertahankan hingga ibu berpikir nyawanya telah diujung tanduk. Abangku berurai air mata sambil menyebut-nyebut ibu. Aku tahu bahwa ia tak ingin kehilangan ibu. Sungguh aku tak ingin melukai ibu karena ini.

Setibanya di rumah sakit, suster dan bidan yang mengantar kami segera memindahkan ibu ke kamar operasi, tak hentinya ibu merintih menahan sakit. Tubuh ibu pun semakin melemas, keringatnya menjadi dingin. Oh, Allah.. aku tak ingin melukai ibu, atau membuatnya pergi meninggalkan abang, dan ayah. Ke mana dokter bedahnya? Mengapa belum datang juga?

Aku mencoba terus mendorong ke luar, aku harus berjuang untuk ibu. Lalu dalam keadaan mataku yang terpejam, hidungku mulai mencium aroma yang berbeda. Aku mulai mendengar suara keramaian dengan gema yang berbeda pula. “Awwww!” siapa yang berani-beraninya menepok pantatku? Itu bagian pribadiku, sungguh malu sekali rasanya. Aku pun menangis kencang. 

Dokter bedah itu sedang sholat subuh. Aku lahir ke dunia dengan dibantu bidan, dan suster. Alhamdulillah aku lahir secara normal, ibuku pun selamat meskipun tubuhnya menjadi sangat lemas. Oh.. inikah aroma dari dunia? Mataku belum bisa melihat apapun, nanti akan ada waktunya aku melihat wajah ibu insya Allah.

Mereka semua sangat menyayangiku, ayah, ibu, dan abang. Banyak yang bilang aku ini lelaki yang sangat menggemaskan, kebanyakan yang mengatakan itu adalah perempuan. Aku menjadi sangat populer di kalangan mereka, wah.. bahagianya. Kemudian, tahukah kau? Ternyata wajah ibuku begitu cantik. Ia perempuan pertama yang kulihat saat pertama kalinya mataku berfungsi.

Hari-hari berjalan begitu menyenangkan, aku tumbuh menjadi anak lelaki yang sehat dan aktif,  masa lalu pun telah kulupakan. Orang tuaku selalu memberi apa yang aku butuhkan, dan tak jarang apa yang aku inginkan pun dipenuhi. Mereka bilang kelahiranku membawa rezeki bagi keluarga kami. Ketika aku jatuh sakit, ibuku merawatku dengan sabar. Satu kata yang aku ingin ucapkan untuk ibu “indah.”

Di suatu malam, saat aku bermain dengan abangku di kamar kami. Ku dengar ayah, dan ibu bertengkar. Entah apa yang mereka perdebatkan, aku segera bergegas menuju kamar orang tuaku dengan kaki mungilku. Ku lihat di sana ibu menangis, tangan kekar ayah memukul wajah ibu tepat mengenai hidungnya. Oh, perempuan terindah dalam hidupku menangis karenanya. Aku menangis sejadi-jadinya, apa yang bisa aku lakukan, aku hanya bocah yang usianya bahkan belum mencapai lima tahun.

Aku melihat handphone ayahku tergeletak di lantai. Ada wajah ayah, dan seorang perempuan yang tak kukenal di layar itu. Ibuku mengemas pakaiaannya ke dalam koper dengan bercucuran air mata. Kemudian ibu menuruni tangga menuju ke luar rumah dengan tergesa-gesa. Aku akan ikut ke manapun ibu pergi, takkan kulepas tangan ibu.

Abangku, remaja tanggung itu terduduk kaku di kamarnya, seperti trauma akan sesuatu. Tatapan matanya begitu hancur, luka itu nampak sangat menganga. Tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Ia tidak mencegahku, dan ibu pergi, benar-benar tak beranjak sedikitpun. Apa yang terjadi sebelumnya padamu abang?

Kini Nampak memar di wajah cantik ibu. Aku, dan ibu datang ke rumah kerabat kami. Sambil menangis ibu menceritakan padanya apa yang telah terjadi, ia nampak iba melihat kami, ia mengelus pundak ibu lalu memeluknya. Kerabat kami itu seorang perempuan, dan memiliki dua orang cucu perempuan yang usianya hampir sama denganku.

Aku bermain, dan tertawa bersama kedua cucunya itu. Mungkin orang mengira anak kecil seperti diriku ini tak merasakan luka ketika hal seperti ini terjadi, karena aku masih bisa bermain, dan tertawa bersama teman-temanku. Tapi siapa yang tahu hati manusia? Anak kecil juga manusia kan. 

Katanya, orang tuaku akan berpisah, bercerai namanya. Apa yang terjadi jika mereka berdua berpisah? Apakah aku takan bertemu ayah lagi? Bagaimana dengan abangku? Oh, Allah.. Inikah dunia? Ada kebahagiaan, kesedihan, dan perpisahan? 








Rabu, 24 Agustus 2016

Untitled (Temporary)

Mereka hendak menggugurkan aku. Tangan terampil itu meremas-remas rahim ibuku. Hingga ibuku mengernyitkan dahi karena menahan sakit. Sungguh aku tak tega mengetahui rasa sakitnya. Tapi nampaknya tangan terampil dari perempuan tukang urut itu tak mampu mengoyak diriku.

Kemudian di waktu yang berbeda ayahku datang membawa beberapa butir pil berwarna merah hati pada ibuku. Ia memintanya untuk meminum pil itu. Ayahku juga ingin menggugurkan aku. Entah apa yang mereka pikirkan tentang aku, padahal aku adalah keturunan mereka berdua dari hubungan pernikahan yang sah secara agama, dan pemerintah. Tapi nyatanya pil itu juga tak mampu meracuni aku.

Meskipun ibu merasakan sakit atas usaha-usaha itu, ternyata dia juga mengiginkan kepergianku. Ibu pergi ke seorang dokter lalu memintanya menggugurkan aku. Haruskah aku menangis, dan menyerah dengan semua ini?

Atas izin Allah segala usaha-usaha itu tak mampu melenyapkanku, dokter itu pun tak mau membantu orang tuaku untuk melakukannya. Aku tumbuh menjadi bayi yang sehat, gemuk, dan membuat tubuh ibuku menjadi gemuk pula.  Aku bertanya-tanya, seperti apakah dunia di luar sana? Apakah dunia itu indah? Atau mengerikan? Mengapa ayah, dan ibuku tak menginginkan aku melihat dunia?

(Hai, teman-teman.. Ini sedikit dari cerpen yang sedang dalam proses pembuatan. Bagaimana menurut kalian? Kira-kira judulnya apa ya yang cocok untuk kisah ini? :) )

Senin, 22 Agustus 2016

Singgah di Dunia

'Hidup ini hanya persinggahan' benarlah kata-kata itu. Semakin aku menjalani hidup ini maka semakin terasa pula kesementaraan ini. Kadang aku terlena dan mengeluh karena aku tidak mendapatkan hal yang aku inginkan di saat aku menginginkannya. Aku merasa sedih seolah riwayatku sudah tamat. Sungguh berlebihan sekali kan?

Agar hidup ini tak menjadi sesulit itu dan semenyedihkan itu, kita harus memahami bahwa hidup ini milik siapa. Apakah hidup ini mutlak milik kita semata? No no no, hidup ini bukan mutlak milik kita, hidup ini adalah 'amanah' yang dititipkan pada kita sampai waktu yang telah ditentukan, dan kita tak pernah tau kapan pastinya waktu itu tiba.
Orang-orang silih berganti datang dan pergi dalam kehidupan kita, ada orang lama, dan ada orang baru yang tak pernah kita khayalkan akan hadir dalam kehidupan kita. Mereka datang bersama peristiwa yang mewarnai kehidupan kita. Itu semua terjadi atas kehendakNya, Allah SWT. Lalu apa yang bisa kita lakukan?

Hakikat hidup ini adalah perjalanan. Perjalanan dengan rintangan, entah itu kesulitan atau kemudahan. Apakah kita akan putus asa ketika berada dalam kesulitan? Apakah kita akan lalai ketika berada dalam kemudahan? Mau tidak mau kita harus menghadapi rintangan dalam perjalanan ini. Tujuan dari rintangan ini bukan untuk menjatuhkan kita, tapi untuk membuat kita semakin kuat, semakin pantas untuk mendapatkan hal yang lebih baik.

Dalam setiap peristiwa yang kita hadapi kita berhak memutuskan untuk berjalan dengan petunjuk yang Allah berikan atau dengan mengikuti hawa nafsu dan setan yang menipu. Tentu dalam setiap pilihan itu memiliki konsekwensi. Apakah kalian pernah memilih salah satu dari pilihan tersebut? Atau kalian pernah mencoba setiap dari pilihan tersebut?

Hai, jujurlah wahai hati, apa yang kau dapat dari menuruti hawa nafsu, dan mengikuti si setan penipu itu? Kegersangan, dan kegelisahan. Meskipun bibirmu menampakan senyum, senyum itu senyum palsu agar kau tak nampak terlalu nelangsa alias menyedihkan.

Lalu bagaimana jika kau merasa 'benar-benar' bahagia dalam menjadi pengikut nafsu, dan setan? Wah harus waspada ! jangan-jangan kau sudah jadi bagian dari 'mereka.' semoga JANGAN ! Tak boleh kita biarkan hati kita mati. Jangan berputus asa dari rahmat Allah, selalu akan ada ampunan bagi hamba yang mau berserah diri, dan bertaubat sebelum nyawa sampai di kerongkongan. 

KAMPUNG HALAMAN kita yang sesungguhnya bukan di sini, BUKAN DI DUNIA. Kampung halaman kita yang sesungguhnya adalah surga di mana kakek, dan nenek moyang kita berasal, yaitu nabi Adam AS, dan istrinya Siti Hawa. Allah telah memberikan kita petunjuk agar kita dapat sampai ke sana dengan selamat. Petunjuk itu adalah Al-qur'an, dan sunnah (hal-hal yang diajarkan rasulullah Muhammad SAW). 

وَ هذَا كِـتبٌ اَنـــْزَلْـنهُ مُـبرَكٌ فَاتَّـبِعُوْهُ وَ اتَّـقُوْا لَـعَلَّكُمْ تُـرْحَمُوْنَ

"Dan Al-Qur’an ini adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (Al-An’aam : 155)

 
وَمَآ اتكُمُ الـرَّسُوْلُ فَخـُذُوْهُ وَمَا نَـهـكُمْ عَنْهُ فَانْـتَهُـوْا وَ اتَّـقُوا اللهَ، اِنَّ اللهَ شَدِيـْدُ اْلعِقَابِ

"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya." (Al-Hasyr : 7)

 
اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: تَـرَكْتُ فِـيْكُمْ اَمـْرَيـْنِ لَنْ تَضِلُّـوْا مَا تَـمَسَّكْـتُمْ بِـهِمَا: كِـتَابَ اللهِ وَ سُنَّـةَ رَسُوْلـــِهِ

"Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda : “Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduaya, yaitu : Kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya” (HR. Malik)

Hidup ini adalah perjalanan yang pasti kita akan temui ujungnya. Maka jangan lupa akan tujuan kita diciptakan agar diri kita tidak terombang-ambing dalam kegalauan. 


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)


أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ

"Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?" (QS. Al Mukminun:115)


كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali Imran: 185)





Jumat, 05 Agustus 2016

Drama Percintaan yang Menggoda

Aduhai.. Kalau melihat iklan drama percintaan di televisi diibaratkan melihat makanan yang menggiurkan, aku sudah ngiler.. Ingin nonton.. Xixixixi ^_^ Apa lagi di tengah kejombloan ini, alias belum menikah. Kisah cintanya.. Kelucuannya.. Keimutan pemainnya.. Aduhai.. Sungguh menggoda mata, dan hati yang sendiri.. Hihi, sungguh berlebihan ya? Tapi ini nyata ! 

Eiiittss.. Eiittss.. Eiiiitsss.. Jangan ditonton wahai diri. Di sana ada adegan peluk-pelukan, dan ada yang lebih dari itu. Mereka lakukan itu tanpa ikatan pernikahan. Tetapi kadang ada yang berbisik "tontonlah drama itu.. Tak mengapa.. Yang penting kamu tak lakukan seperti dalam drama itu.. Yang penting hatimu terhibur.. Jujurlah pada diri kamu sendiri, kamu butuh cinta kan?" (bisikan siapa itu? Bisikan setan? Atau bisikan nafsu? Atau keduanya berpadu?).

Wahai jombloers (termasuk penulis :p).. Sesungguhnya hati kita tak sendiri.. Ada Allah.. Kita tak perlu drama.. Yang kita perlu adalah Allah.. 

Apakah kita menyadari bahwa jika kita melihat adegan demi adegan dari drama itu, entah drama dari negeri mana pun, entah sinetron, entah apa pun itu yang di dalamnya terdapat kemaksiatan, HATI KITA AKAN TERKOTORI ! astagfirullah.. 

Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

العَيْنَانِ تَزْنِيَانِ وَزِنَاهُمَا النَّظْرُ

"Dua mata berzina, dan zina keduanya adalah pandangan”
(HR Al-Bukhari no 6343 (Kitabul Isti’dzan), Muslim no 20,21 (kitabul Qadar), dan lafal hadits ini pada riwayat Ahmad dalam Musnadnya 2/343)


Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:

 إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيْئَةً نُكْتَتُ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةً سَوْدَاءَ, فَإِنْ هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صَقلَ قَلْبُهُ, وَإِنْ زَادَ زِيْدَ فِيْهَا حَتَّى تَعْلُو قَلْبُهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللهُ كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوْبِهِمْ مَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

"Jika seorang hamba berbuat sebuah dosa, maka akan ditorehkan sebuah noktah hitam di dalam hatinya. Tapi jika ia meninggalkannya dan beristigfar niscaya hatinya akan dibersihkan dari noktah hitam itu. Sebaliknya jika ia terus berbuat dosa, noktah-noktah hitam akan terus bertambah hingga menutup hatinya. Itulah dinding penutup yang Allah sebutkan dalam ayat (Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka kerjakan itu menutup hati mereka)” (QS.al-Muthaffifin: 14) 
(HR Tirmidzi dan Ibn Majah serta dihasankan oleh Syaikh Al Albani)


Berkata Abdullah bin Mas’ud ra

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوْبَهُ كَأَنَّهُ قَاعٍِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوْبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ فَقَالَ بِهِ هَكَذَا

"Seorang mu’min memandang dosa-dosanya seperti gunung yang ia berada di bawah gunung tersebut, dia takut (sewaktu-waktu) gunung tersebut jatuh menimpanya. Adapun seorang munafik memandang dosa-dosanya seperti seekor lalat yang terbang melewati hidungnya lalu dia pun mengusir lalat tersebut."
(Shahihul Bukhori no 6308)

Tuh kan.. :( sedih deh jadinya.. Ternyata tanpa terasa, selama ini telah melakukan dosa.. :( astagfirullah.. :( . Jangan diteruskan lagi kalau sudah terlanjur menonton hal yang terdapat maksiat di dalamnya. Semoga kita dapat menjadi hamba Allah yang lebih baik dari waktu ke waktu, sehingga kita dapat menjadi hamba yang beruntung. Aamiin :)


وَتُوْبُوْا إِلَى اللهِ جَمِيْعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

"Dan bertaubatlah kalian sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman semoga kalian beruntung."
(An-Nur 31) 

Selasa, 02 Agustus 2016

Rindu

Ku tuliskan rindu di atas angin yang bertiup.
Ku tuliskan rindu di atas langit yang gelap.

Meskipun bulan tak nampak dalam siang,
Tetapi kehadirannya tak dapat dipungkiri

Kadang kelopak mata menutupi pandangan, tapi bukan berarti kelopak ini harus dihilangkan

Bibit dalam tanah biarlah dalam tanah,
Bintang dalam siang biarlah dalam siang

Ada masanya bibit itu tumbuh,
Ada masanya bintang itu bersinar

Oleh: Vita U. P. Rani

Senin, 01 Agustus 2016

Sebaiknya Bernazar Tanpa Minta Imbalan

Jenis Nazar 

Mungkin sebagian orang bertanya, mengapa nadzar itu tergolong ibadah, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membencinya dan pernah bersabda,
 
إنه لا يأتي بخير

"Sesungguhnya nadzar tidaklah mendatangkan kebaikan." [7]

Sebelum menjawab pertanyaan ini, maka kita perlu mengetahui jenis nadzar ditinjau dari sebabnya. Berdasarkan tinjauan ini, nadzar terbagi dua, yaitu:

a) Nadzar muthlaq, yaitu seorang bernadzar untuk melakukan ibadah kepada Allah tanpa mengharapkan ganti dari Allah, seperti ucapan seorang, “Saya bernadzar untuk puasa 3 hari berturut-turut karena Allah”. Ulama’ mengatakan nadzar jenis ini tidaklah termasuk dalam sabda Nabi di atas, karena dia bernadzar tanpa mengharapkan imbalan duniawi.

b) Nadzar muqayyad, seorang bernadzar untuk beribadah kepada Allah sembari mengharapkan gantinya, seperti seorang yang mengatakan, “Apabila Allah menyembuhkanku, maka aku akan berpuasa seminggu berturut-turut.” Atau seorang yang berucap, “Wahai Allah, apabila Engkau meluluskanku dalam ujian nasional, maka aku akan bersedekah sekian ratus ribu.” Orang yang melaksanakan nadzar jenis ini mempersyaratkan sesuatu, yang apabila dipenuhi, barulah dirinya melaksanakan ibadah tersebut. Nadzar jenis inilah yang dikatakan oleh para ulama’ termasuk dalam hadits di atas dan dicela oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,

وَإِنَّمَا يُسْتَخْرَجُ بِهِ مِنْ الْبَخِيلِ

"Sesungguhnya nadzar hanyalah berfungsi agar orang yang pelit beramal mau untuk beramal.” [8]
 
 
*lengkapnya buka link di bawah
Sumber: https://muslim.or.id/4229-nadzar-dalam-sorotan.html