Kamis, 07 Agustus 2025

Lekat

Tumbuh dalam keluarga broken home, membuat aku lebih bersyukur ketika mendapati keluarga kecilku bersama Suami begitu tentram. Tanpa ku sadari aku mulai takut, kalang kabut tak mau kehilangan. 

Kekhawatiranku begitu besar, aku khawatir tidak mampu menjaga keluarga ini. Siapapun tak boleh berbuat salah menurutku, salah besar bisa hancur. Aku takut hancur, aku takut ketentraman ini sirna. Namun sepertinya sudah sirna dengan adanya kekhawatiran ini.

Apa yang salah denganku? Aku termenung. Apakah aku terlalu mencintai dunia? Apakah keluarga kecilku itu Tuhan yang aku sangat takut kehilangannya? Bukan. Tuhan adalah yang tertinggi. Tentu ada yang salah dengan diriku, yang aku harus perbaiki.

Sumber kebahagiaanku adalah Allah, bahkan ketika tiada apapun, hanya Allah. Lepas, lepaskan beban berat dalam hati. Bukan tugasku untuk menjaga keutuhan keluarga ini. Tugasku untuk beribadah kepada Allah. Apapun hasilnya itu hak Allah.

Kelekatan terhadap sesuatu selain Allah itu menyiksa.

Senin, 04 Agustus 2025

Aku Ada dan Berharga

Suamiku pikir aku tidak akan pernah pergi, seberapapun menyebalkannya Ia. Seberapapun marahnya aku, Ia pikir aku akan tetap di rumah. Silent treatment is a way too cruel, bagiku seorang Istri, dan Ibu yang mengabdikan diri di rumah. And it's too cruel, bagiku dengan trauma ditinggalkan, diabaikan. 

Rumah bagi seorang Istri bisa serasa Surga atau Neraka, dan Suami memiliki peran yang sangat besar dalam hal itu. Berada di rumah adalah sebuah pengorbanan yang ditujukan kepada Allah, bukan semata karena mencintai apa yang ada di dalamnya. 

Silent treatment membuat rumah menjadi neraka bagiku. Kesedihan yang berlarut berubah menjadi amarah. Namun ada yang menahan diri ini yaitu, Rabbku, Tuhan Semesta Alam.

Katanya perasaan cinta itu bisa naik turun, bahkan hilang, yang sama adalah tujuan. Keterikatan tertinggi antara Suami dan Istri adalah rasa kasihan. Padahal yang aku tahu dari media dengan segala romansa yang ada, yang tertinggi adalah cinta. Ah masa? 

Suamiku hanya butuh ruang. Ruang untuk menyadari keberadaanku dalam hidupnya, dan ruang bagiku untuk menghargai diriku sendiri. We needed space, I thought. Aku pergi liburan ke rumah Ayah di kota lain bersama Suami, dan anak-anak kami. Namun dalam beberapa hari suamiku harus kembali bekerja. Aku tetap di sana dengan anak-anakku.

Kamu tahu? Aku mulai melihat diriku. I'm young. Aku kira aku sudah tua. No. Dan aku menghabiskan waktu bersama anak-anakku, pergi dan handle mereka sendiri. Aku bisa. Ternyata aku bisa. Menyenangkan. 

Tentu suamiku pun mendapatkan pengalaman sendirian, tanpa aku. Nikmatilah kesendirian itu wahai suamiku. Bahagia bukan? Saat aku ada, kamu anggap tiada dengan silent treatment itu. Sekarang aku benar-benar tiada. Bercanda.

Aku mulai tidak terlalu banyak memikirkan suamiku. Namun berbalik, suamiku jadi memikirkan aku, Ia bahkan jadi peduli ketika aku ngambek. Ah masa? Sebentar saja, ketika aku sudah pulang ke rumah kami, Ia kembali ke setelan pabrik.

Tempat yang ideal bagi seorang Istri adalah di rumahnya, di mana Ia akan lebih nyaman, dan memiliki otoritas dalam mengatur anak-anaknya. Kepergian itu sebatas liburan, aku rindu rumah. Home sweet home. Rumah adalah di mana aku, suamiku, dan anak-anakku bersama.

I can't handle anything about silent treatment. Siapa sih yang bisa ngubah pikiran orang? Allah. Iya, Allah. Jadi, aku pasrah saja. Dengan kekuatan doa kepada Allah. Ya Allah.. Ya Allah..

Setelah tahun-tahun silent treatment, setelah tahun-tahun merasa diri ini tak berharga. Setelah banyak yang dilalui. Suamiku sakit, bukan sakit parah, dan bukan pertama kalinya Ia sakit. Aku memeluknya, aku merawatnya, aku menemaninya.
Padahal aku punya pilihan untuk, "Rasakanlah! Rasakanlah! Nikmati rasa sakit itu! Anggap saja aku tiada, seperti saat kamu mendiamkan aku ketika marah." Tapi tidak. Aku tidak lakukan itu.

Aku kasihan padanya. Kasihan sekali. Aku memeluk tubuhnya yang gemetar, memegang dahinya yang panas karena demam. Ketika aku memeluknya, aku merasa bahwa aku menyayanginya. Nyaman.

Sejak saat itu, suamiku jadi lebih perhatian padaku, dan membujukku ketika aku ngambek. Pokoknya Ia akan berusaha untuk membuat mood ku selalu baik. Why? 

Ketika aku marah, Ia minta maaf. Dan dalam maaf itu Ia katakan maaf yang lain. Ia meminta maaf karena Ia pernah berkata bahwa Ia bisa mengurus anak-anak tanpa aku. Setelah sakit yang terkahir, Ia baru sadar bahwa Ia tak bisa mengurus anak-anak tanpa aku. Hm, suamiku yang mandiri sadar juga.

Sekarang perasaanku begitu berarti untuknya.

Siapa yang buat begitu? Allah.

Pernikahan itu.. ibadah yang panjang ya.

Sabtu, 26 Juli 2025

Gratitude in Imperfection

Beauty isn't always perfect
Beauty's coming with gratitude
I'm here..
Still here..

Till the end of my breath

My heart is full of gratitude 

The beauty is here
In my heart

My heart is full of gratitude 

Thank Allah, for everything 
Everything that I see
Or everythings in Your wisdom

Minggu, 13 Juli 2025

Menciptakan Monster Tanpa Sadar

Pemakaiannya gadget dan akses internet oleh anak tanpa pengawasan ortu itu bahaya banget. Anakku termasuk yang terpapar bahayanya. Pergi ke Sekolah, pulangnya bawa oleh-oleh sesuatu yang sedang trend di sosmed, ucapan kasar ala vlogger gaul. Itu semua dari mana? Temannya.

Di rumah, kami tidak kasih anak nonton televisi, tidak kasih anak HP kecuali buat akses kamera atau lihat galeri. Di Sekolah, temannya yang kasih tahu apa yang tidak kami kasih lihat, baik dengan cerita maupun dengan prilaku mereka.

Aku nggak sedang menghakimi ortu yang kasih anaknya gadget. Aku juga pernah, dan sudah merasakan dampaknya. Contohnya, emosi anak jadi kurang stabil. Sehingga aku memutuskan berhenti memberikan mereka akses. Sehari dua hari mereka nanyain, selebihnya biasa saja. Mereka malah jadi lebih kreatif main dengan mainannya, atau membuat mainan sendiri, serta berimajinasi.

Aku ngerti, ortu lain punya alasan kenapa kasih anak mereka gadget atau akses internet. Namun bertanggungjawablah, memberi akses dengan pengawasan atau ukuran, atau apapun yang baik, dan aman. Karena internet itu bahaya banget lho buat anak-anak. Di mana mereka mudah sekali menyerap, dan meniru. 

Akses internet tanpa pengawasan ortu bisa merusak diri anak, dan orang lain. Faktanya banyak anak-anak yang seharusnya masih polos, malah pikirannya kotor. Parahnya menjadi pelaku kejahatan! Tanpa sadar orang tua telah menjadikan anaknya seperti itu. Kita orang tua jangan terlena! 

Iya sih mudah sekarang, apa-apa tinggal kasih handphone, tapi dampak jangka panjang sudah menanti , dan parahnya, orang lain harus menanggung akibatnya juga! 

Orang tua mana yang ridho anaknya dirusak?! Anak yang sudah dijaga, disayang, dirawat, kemudian dirusak. Orang tua mana yang ridho?!


Senin, 30 Juni 2025

Susah Senang Itu Dipergilirkan

Apa yang terjadi di dunia ini sering kayak mimpi. Sering nggak nyangka, terus kayak yang cepet banget. Tahu-tahu anak udah gede, udah bisa ngeledek umanya 😅

Aku juga nggak nyangka 'akan', dan 'bisa 'tinggal di lingkungan yang sekarang. Karena ini daerah yang baru banget buat aku, biasanya aku takut sama sesuatu yang baru, ya emang takut sih, tapi bisa kok ternyata.

Dalam hidup ini, kita berpindah dari satu cerita ke cerita yang lain. Waktu aku kecil, aku senang kalau suasana tentram, bahagia, adem, pokoknya yang nyaman lah. 

Namun ketika suasana menjadi kelam, aku mulai merasa tidak nyaman, aku pikir kehidupan nggak seharusnya seperti itu, aku pikir sedih itu adalah sesuatu yang buruk, bahwa seharusnya orang nggak bersedih. 

Setelah dewasa sekian lama, aku baru mengerti juga memahami, ternyata susah dan senang itu memang dipergilirkan lho. Poinnya bukan pada 'susah' atau 'senang', tapi tentang bagaimana respon kita terhadap kedua hal tersebut. Respon yang tepat akan menghasilkan sesuatu yang baik, dan membuat kita tenang.

Berapa banyak orang yang mendapat kesenangan tapi pribadinya menjadi buruk? Hitung sendiri 😅

Ada nggak orang yang mendapat kesenangan malah pribadinya bijaksana? Hayo, ada nggak? 😁

Ini tentang cara kita merespon 'susah' dan 'senang'. Susahnya dengan sabar, senangnya dengan syukur. Jika sedang susah, kita terima perasan sedih itu, nggak papa kok merasa sedih, nggak papa kok kita merasakan segala sesuatu yang nggak nyaman itu, ungkapkan aja dengan cara yang baik, nangis aja, nggak papa.

Kalau kita sudah menerima perasaan susah itu, kita sampaikan, kemudian kita minta solusi ke Allah. Iyes! Ke Allah. Karena apapun yang terjadi pada kita, susah atau senang, Allah mau kita kembalikan pada-Nya. Saat senang pun kita bersyukur pada-Nya itu artinya kita kembalikan kesenangan itu juga pada-Nya. Tepat sekali!

Nanti, Allah kembalikan rasa sabar, dan syukur kita pada-Nya dengan ketenangan. Rasa tenang itu yang termahal, itu yang terbaik! Mau nangis nggak? Nangis dong. Allah baik banget 😭 yuk sholat yuk ✨


Senin, 16 Juni 2025

Dari 0 Ya

Orang-orang ribut. Meributkan tentang ruginya menemani dari 0. Ya terserah saja, masing-masing. Mau dari 0 kek, puncak kek, terserah. Peduli amat sama pilihan orang.

Mau kamu pilih dari 0 atau sudah di puncak, masing-masing ada ujiannya. Mau hidup tanpa ujian? Mimpi. Orang mati saja masih ada pertanggungjawabannya. 

Inti dari semuanya itu bukan tentang dari 0 atau puncak. Tapi niat anda mengawali hubungan anda, bagaimana cara anda, tujuan anda. Buat apa meributkan hal yang tidak perlu?

Lah, kok aku juga ikut ribut? 
(Ketawa geli)


Kenapa Takut Kehilangan Sementara Aku Tak Pernah Benar-Benar Memilikimu

Hal konyol di dunia ini adalah perasan memiliki sesuatu, padahal nothing. Aku tak pernah benar-benar memiliki, sebab semuanya milik Allah. Kebahagiaan yang aku rasakan berasal dari Allah. Kemudian jika aku ditimpa kesedihan, aku hanya diminta untuk bersabar melaluinya. 

'Hanya' sebuah kata yang penuh makna. Semuanya yang aku jalani di dunia ini, lalui saja. Bahagianya dengan syukur, sedihnya dengan sabar. Ya, lalui saja. Karena semuanya betul-betul akan berlalu, semuanya berlalu silih berganti. Apapun yang terjadi, bahagia maupun sedih, yang terpenting adalah ketenangan.

Rasa takut kehilangan yang ada di dalam hati digetarkan oleh Allah agar aku sadar bahwa kepemilikan itu ada pada Allah. Manusia harus selalu diingatkan, karena manusia adalah manusia. 

Terima saja perasaan bahagia itu, terima saja perasaan sedih itu, nikmati saja. Aku 'hanya' perlu melaluinya. 'Hanya'.

Bagaimana makna 'hanya' dalam kehidupanmu?

Aku tak penasaran.