Jumat, 03 Oktober 2025

Dag-dig-dug Kehidupan

Pindahan kali ini, dag-dig-dug karena di samping akan tinggal di lingkungan baru, ini memang pekerjaan baru Suami, dan kami juga memutuskan pendidikan anak kami menjadi homeschooling. Kalian tahu kan, poin tersebut membutuhkan penyesuaian buat kami? Selain penyesuaian, aku juga merasa. Perempuan memang makhluk perasa.

Masa transisi ini tak jarang diwarnai perdebatan, tangisan, dan aku pribadi belajar untuk ridho dengan ketetapan Allah. Aku yang sebelumnya ingin Suami ganti kerjaan, aku yang ingin pindah rumah, dan aku juga yang ingin homeschooling diterapkan untuk anak-anakku. Semuanya untuk alasan yang baik. Tapi kebaikan pun butuh perjuangan.

Ya Allah, aku terima. Ya Allah, tolong aku. 

Tapi aku senang sekali menyaksikan anak kami begitu senang dalam masa transisi ini. Yang penting mereka ok, aku pelan-pelan nggak papa.

Setelah menikah, hampir-hampir kebijaksanaanku runtuh, hampir-hampir aku tak bisa melihat kebaikan dalam setiap ketidaknyamanan. Salahnya di mana? Hidupku sebelum menikah juga tidak mudah, lalu apa? 

Salahnya di aku. Aku yang hanya menjalankan yang wajib, aku yang menjalankan kewajiban dalam lamunan, aku yang melepaskan ruhku untuk beribadah. Setelah aku sadar, apa semuanya jadi mudah? Tidak. Aku harus berjuang, mendekat pada Allah. Karena apa? Rasanya rindu. Rindu yang hanya bisa dipenuhi dengan ibadah yang bukan wajib. 

Ya Allah, rindu. Rindu hatiku dipeluk oleh-Mu.

Dalam semua hal.. yang aku inginkan kembali dalam keadaan yang baik. Meski dalam hidup ini, lagi dan lagi aku melakukan kesalahan.