Jumat, 29 Maret 2024

My Qur'an Journey 2

"Ustadzah, kalau belajar qur'an tapi masih nonton sinetron berpengaruh nggak ya?" Tanyaku.

Beliau menjawab dengan bijak bahwa penghafal qur'an itu adalah orang-orang pilihan. Dan sudah tentu setiap maksiat tanpa terkecuali akan berpengaruh dalam proses belajar ini. Hati nurani kita juga tahu apa yang pantas dan tidak pantas.

Betul juga, dengan aku bertanya berarti hati nuraniku juga sebenarnya tahu. Masih banyak sekali yang harus aku perbaiki. Hari ini aku tandai, yaitu makhrojul huruf, sifat-sifat huruf, bunyi tebal tipisnya huruf, dan tentunya hukum-hukum tajwid.

"Ustadzah, mau tanya. Jadi, kita baca qur'an itu harus tahu teorinya? Jadi apa yang kita baca itu (bunyinya) harus sesuai dengan teorinya?"

Aku gabung di kelas ini pada saat teman-teman yang lain sudah dapat beberapa pertemuan, bukan dari awal dibuka pendaftaran. Alhamdulillah masih boleh gabung. Tapi aku harus mengejar ketinggalan. Karena di kelas ini, betul-betul teori itu dipraktekkan, kalau sudah praktek ditanya lagi teorinya, ya kan. Kata Ustadzah bertahap saja, nggak ada kata terlambat, insya Allah bisa.

Kembali aku mengingat masa-masa kejayaanku waktu kecil yang mudah sekali menghafal, dan memahami tajwid. Namun masa kejayaan sudah berlalu, aku harus merenggut kembali kekuatan itu. Hahaha. Emak-emak ini harus berjuang dengan diri yang tak sebersih waktu kecil (banyak dosa), dengan otak yang sudah lama tak diasah. Aku tidak boleh menyerah, berjuang Vita! Berjuang! 

Hari ini rasanya berat banget buat berangkat ngaji, jauh. Entahlah, itu alasan saja mungkin. Tapi aku harus menguatkan tekad, ya kan. Dan pertama kalinya setelah sekian lama, aku naik motor sendirian dengan jarak lumayan jauh. Sedangkan anak-anak ditangani oleh Aba di rumah. Cukup khawatir Aba melepasku naik motor sendirian, sudah dipasangkan map tracker di HP-ku, diingatkan pakai jaket, helm, dan dipinjamkan quota punya Aba. Alhamdulillah aman.

Kali ini, guruku, teman-teman dan aku belajar qur'an di teras Mesjid lantai dua. Saat sedang belajar, muncul dalam pikiranku membandingkan diri dengan orang lain, 'Dia mah udah jago, aku mah masih banyak dikoreksi.' Namun aku berusaha menepis itu dengan berkata dalam hati 'Namanya juga belajar, kan aku niat belajar qur'an karena Allah', habis itu terasa ingin nangis, tapi nggak jadi karena dapat giliran baca, hehe. Malah jadi deg-degan. Perasaan, kalau di rumah ngaji ya ngaji aja, kok di sini jadi deg-degan ya? 

Tidak ada pilihan bagi seorang muslim selain 'kami dengar dan kami taat'. Itulah salah satu yang aku dapat dari kajian hari ini bahwa kita itu harus taat, patuh sama Allah dan Rasul-Nya.

Rasanya mengaji hari ini gimana? Senang dong, Alhamdulillah. Setelah selesai, aku langsung pulang naik motor. Karena Aba alias suamiku memintaku untuk langsung pulang. Aku gas motor ke arah kampus 'P', kata Aba kan bisa lewat situ, aku juga sudah pernah lewat situ. Aku jalan terus, eh tiba-tiba bingung lihat persimpangan, atau belokan. Aku lupa, lewat mana ya? Belok kiri saja deh, setiap ada pilihan aku belok kiri. Tahu-tahu nembus lagi di Mesjid tempat aku ngaji tadi. Ya ampun. Lewat jalan besar saja kalau gitu deh. Hahaha.

Brum-bruuuuummmm.. keren nggak ya aku mengendarai motor sendiri? Kok ngantuk ya? Waktu muda nggak pernah ngantuk kalau mengendarai motor. Teringat ucapan Aba sebelum aku berangkat "Itu kan dulu, kamu nggak begadang, sekarang kan habis begadang." Tak terasa banyak yang berubah.

Sepanjang jalan merasa takut sebenarnya, walaupun di luar nampak keren. Siapa yang bilang keren ya? Hahaha. Aku berusaha tenang sambil baca istighfar. Saat tiba di lampu merah, ada pengamen menyanyikan sebuah judul lagu. Tak lama kemudian lampu hijau, aku langsung meluncur, melanjutkan perjalanan. Tapi kok dipikiran aku jadi bersenandung lagu yang dinyanyikan pengamen tadi? Sungguh berpengaruh apa yang aku dengar, istighfar lagi.

Sesampainya di rumah, aku disambut oleh anak-anakku tersayang, tercinta, tergemas deh pokoknya. Kata Kakak "Kipas anginnya bersih." Sudah dibersihkan oleh Aba dong. Alhamdulillah.

Minggu, 24 Maret 2024

My Qur'an Journey

Hari ini tidak bawa buku, tidak bawa pulpen, tapi keperluan anak ku bawa lengkap. Pertama kalinya aku bepergian agak jauh dengan kedua anakku saja, hari pertama gabung Tahsin-Tahfidz, hari ini di tes, dan hari ini juga langsung ikut belajar. 

Sangat seru, menantang aku rasa. Diajari rumus tajwid, langsung saat itu juga dites. Baru disebut, diharapkan bisa langsung tangkap dan ingat, lalu diminta untuk sebutkan ulang. Di saat yang bersamaan anak-anakku merengek minta segera selesai, mau keluar, mau jajan. Tadi kami berangkat pagi-pagi sekali, anak-anak aku bangunkan, lalu ku mandikan. Tak lama kemudian kami berangkat menggunakan taksi online.

Ternyata ini perjuangan yang dihadapi emak-emak. Otakku berasa dibangunkan setelah sekian lama tertidur, dan masih kaku seperti kanebo kering. Ini baru hari pertama, hehehe. Semoga semakin Allah mudahkan 🤲🏻

Setelah selesai belajar, aku langsung ajak Kakak (anak pertamaku) ke kamar mandi, sambil membayangkan ketika aku masih single, kemungkinan aku sudah menyapa, dan berkenalan dengan teman lainnya. Sekarang, aku sibuk sekali. Hehehe.

Kemudian di tempat wudhu, anak-anak main becek-becekan, celana Adek (anak keduaku) basah. Kalau aku ngasih tahu anak-anak tu kayak gimana ya? Ocehanku seolah di-mute gitu sama mereka. Hahaha. 

Setelahnya aku bantu Adek mengganti celananya. Lalu, tiba saat yang ditunggu anak-anak, yaitu jajan. Kami menuju food court di Mall dekat Mesjid. Aku berjalan menggandeng kedua anakku, sambil menggendong tas keperluan anak, tak lupa dengan gembolan botol minum. 

Kalau aku ceritakan semuanya bisa jadi satu bab novel kali ya? Hehehe. Aku singkat saja ya. Jadi sampai food court aku pesankan anak-anakku roti, dan juga segelas es kopi untukku. Saat mau bayar pakai QRIS, Adek merengek minta digendong, sambil menarik-narik hijabku, juga ditariklah cadarku, jadi merosotlah sedikit. Tapi langsung aku perbaiki.

Masya Allah banget pokoknya, pulangnya naik taksi online lagi, macet sekali akhir pekan ini. Anak-anak ketiduran di mobil, Alhamdulillah sampai rumah juga walaupun agak lama. Kata anak-anak, mereka senang aku ajak kajian, hahaha.

Sabtu, 23 Maret 2024

Bolehkah Aku Menerima

Mengingat tentang broken home membuatku sakit. Makanya aku lebih memilih untuk mengabaikan ingatan itu, dan mencegah diriku membuka kembali lembaran memori pahit yang tersusun rapi dalam otakku.

Aku lebih memilih untuk menerima apa yang sudah menjadi takdirku, memaafkan kesalahan orangtuaku, dan menyayangi mereka sesuai kemampuanku.

Mulanya memang berat terasa, namun seiring penerimaan itu, membuat hatiku jadi lebih lapang, dan tenang. Sekarang, dalam hal ini yang aku pikirkan hanyalah memuliakan orangtuaku semata agar Allah ridho kepadaku. Ajaibnya, hatiku pun sudah ridho.

Aku pun senang, dan tenang jika Allah mengaruniakan kepadaku anak-anak yang shalih/shalihah dan berbakti padaku sebagai orangtuanya. Alhamdulillah, Allah karuniakan aku anak-anak yang begitu mencintaiku, dan mudah memaafkanku meski aku bukan Ibu yang sempurna dan banyak sekali salahnya.

Sesungguhnya, jika kita melakukan suatu kebaikan karena Allah, dengan kita minta ataupun tidak, pasti Allah akan balas itu dengan kebaikan yang lebih banyak. 

Aku tahu Allah menyayangiku, Ia mendidik aku dengan kesukaran agar aku mengambil hikmah daripadanya, dan agar aku senantiasa bersyukur dalam keadaan susah maupun senang. Ya Allah, ampuni aku, karuniakan kepadaku akhir yang baik dan indah.