Kamis, 25 Juli 2024

Kaget

Salah satu moment ter shik-shak-shok dalam hidup aku. Mata berkaca-kaca tapi bilang dalam hati "Jangan nangis, nanti saja nangisnya di rumah." Itu pulang ngaji, boncengin anak lanang yang sebelumnya ngeluh ketika dipakaikan sabuk untuk naik motor. "Nggak papa (pakai sabuk), yang penting jadi lebih aman."

Anak gadis lagi ikut abanya ke kantor. Jadi kami bagi anak-anak sebab Aba harus kerja, Kakak ikut Uma, Adek ikut Aba. Di perjalanan, aku berkata dalam hati, 'Ya Allah, salah apa? Ya Allah, kurang apa ya?' Terus jawab sendiri, 'Banyak.'

Pagi sebelum berangkat, aku malas baca dzikir pagi, baca ayat kursi saja. 'Ya Allah, kan sudah baca ayat kursi?' Ya Allah, iya salah ya Allah, aku banyak salahnya.. banyak kurangnya.. masih ngeyel..

"Yah.. Yah.. Astaghfirullah!" Itu yang aku ucapkan seketika mobil dari kiri mendadak ke arah kanan. 
BRUUUGGGG Mobil itu mengenai/menyerempet/menabrak motor yang ku kendarai. Tak bisa ku menghindar karena di kanan ada pembatas jalan. Ku rasakan motor sudah miring ke kanan hampir jatuh, atas pertolongan Allah motornya jadi seimbang lagi.

Yang aku pikirkan adalah anakku. "Kakak kaget ya? Kakak nggak papa?" Tidak ada respon. Berat sekali rasanya mengendari motor setelah kejadian itu, tapi aku harus kuat. Ingin rasanya segera sampai rumah, namun perjalanan masih jauh.

Sesampainya di teras rumah, aku baru sadar ternyata badanku bergetar. Aku bergegas masuk ke dalam rumah. Rasanya aku lemas sekali, setelah makan pun masih lemas, kejadian tadi masih terbayang-bayang. Aku penuhi ucapanku sebelumnya untuk menangis di rumah. Anakku berkata "Tadi Kakak mimpi kejedot." 

Huft, bagaimana jika yang aku hadapi adalah maut yang tak mungkin bisa ku hindari, dan itu pasti terjadi. Huuuwaaaaaa😭