Semua orang telah tahu bahwa seorang manusia diciptakan dari tanah liat, tetapi sekarang ia bukan lagi tanah liat. Asal muasalnya saja dari tanah liat. Begitu pula dengan jin yang tercipta dari api, sekarang mereka bukan lagi api. Sebagaimana yang telah diterangkan dalam banyak dalil.
Di antaranya adalah hadits riwayat Imam Nasa'i, dengan isnad shahih menurut syarat Imam Bukhari. Dari Ummul Mukminin Aisyah ra, ia bercerita , "ketika Rasulullah SAW melakasanakan shalat, tiba-tiba datanglah setan menghampiri beliau. Maka beliau pun membantingnya lalu mencekiknya. Kemudian beliau SAW bersabda:
حتى وجدت برد لسا نه على يد ي
"Sampai-sampai saya bisa merasakan dingin lidahnya pada tanganku"
Berdasarkan hadits ini, jelaslah bahwa sekarang ini, bangsa jin tidak berbentuk api. Sebab jika demikian, tentu Rasulullah SAW tidak akan merasakan dinginnya lidah setan.
Di antaranya juga adalah, sabda Rasulullah SAW:
ان عد و الله ابليس جاء بشها ب من نار ليجعله في وجهي
"Sesungguhnya musuh Allah, iblis, datang membawa pelita dari api dan hendak melemparkannya ke wajahku" (H.R. Imam Muslim)
Sebuah hadits riwayat Imam Malik di dalam kitab Al-Muwattha, dari Yahya bin Said, dia berkata (hadis mursal), "Pada malam Isra, Rasulullah SAW melihat jin Ifrit yang mengejar beliau sambil membawa seberkas api. Setiap kali menoleh, beliau SAW selalu melihatnya. Lalu Jibril as berkata kepada beliau, " Maukah anda aku ajari beberapa kalimat (doa), jika anda mengucapkannya, niscaya nyala apinya akan padam dan bahan bakarnya akan habis?" (Al-Hadits).
Dua hadits di atas menjadi bukti bahwa jika iblis tetap berada dalam wujud apinya, tentu dia tidak membutuhkan pelita atau seberkas api. Di antaranya juga adalag sabda Rasulullah SAW:
ان الشيطان يجري من الانسان مجرى الدم
"Sesungguhnya setan berpindah-pindah di dalam tubuh manusia melalui aliran darah" (H.R. Imam Bukhari)
Seandainya iblis masih pada wujud apinya, tentu dia akan membakar manusia.
Jika ada yang mengatakan bahwa maksud hadits ini adalah gangguan (godaan) setan, maka kami jawab, "para ulama ushul fikih menyepakati, tidak bolehnya mengalihkan makna suatu kalimat (bentuk) dari maksud dzahirnya, kecuali jika ada penghuhuhungnya. Lalu, apakah di dalam hadits ini ada penghbung?"
Selaras dengan hal itu, bahwa manusia juga diciptakan dari tanah liat, dan dia merasakan sakit tatkala dilempar dengannya. Manusia juga diciptakan dari air (sperma) dan ia terkadang merasa sakit jika disiksa dengan air.
Hal yang lebih tepat dan lebih baik kita katakan adalah "Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
(Dari buku RUQYAH oleh Wahid Abdussalam Bali)